Selasa 31 Mar 2020 22:49 WIB

Ramadhan Sebentar Lagi, Ambil Hikmahnya Bila Masih Wabah

Jika wabah Corona masih terjadi pada Ramadhan hendaknya diambil hikmah.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Jika wabah Corona masih terjadi pada Ramadhan hendaknya diambil hikmah. Ibadah bulan Ramadhan (ilustrasi)
Foto: Antara//Adeng Bustomi
Jika wabah Corona masih terjadi pada Ramadhan hendaknya diambil hikmah. Ibadah bulan Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tiga puluh hari menuju Ramadhan, umat Muslim seyogianya mempersiapkan diri untuk menyambut bulan penuh berkah tersebut. 

Namun, saat ini umat Islam, khususnya, tengah diuji dengan adanya wabah virus Corona yang melanda negara ini dan hampir semua negara di dunia. 

Baca Juga

Kondisi wabah Covid-19 sejauh ini belum mereda, padahal Ramadhan  semakin dekat. Tentunya, seorang Muslim harus tetap mempersiapkan diri untuk memasuki Ramadhan nanti walaupun di tengah kondisi wabah. 

Saat ini, masyarakat masih diimbau untuk tinggal di rumah masing-masing dan meniadakan sementara sholat berjamaah di masjid. 

Hal demikian guna mencegah penyebaran virus Corona lebih meluas. Jika kondisi wabah ini masih berlanjut hingga Ramadhan, umat Muslim kemungkinan tidak bisa melaksanakan sholat berjamaah di masjid, termasuk sholat tarawih. 

Kondisi demikian memang memilukan bagi umat Muslim khususnya. Sebab, umat Muslim biasanya menyambut dan menjalani bulan puasa Ramadhan dengan penuh suka cita dan bisa menjalankan sholat Tarawih di masjid. 

Masjid-masjid mungkin tidak semeriah dan semarak seperti biasanya. Namun demikian, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Miftahul Huda, mengatakan seorang Muslim yang cerdas harus pandai mencari hikmah dari kejadian seperti ini. 

Seperti diterangkan dalam sebuah hadits, bahwa wabah adalah azab bagi orang yang tidak beriman dan rahmat bagi orang yang beriman. Wabah itu menjadi rahmat bagi kaum beriman karena kesabaran dan pengertian atas ketetntuan Allah serta menahan diri di daerah masing-masing. 

Dalam sebuah hadits dari Aisyah RA, dia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha'un, lalu Rasulullah SAW memberitahukannya, “Zaman dulu tha'un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha'un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha'un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid." (HR Bukhari). 

Ustaz Miftah menuturkan, dalam penjelasan hadits itu diterangkan, bahwa saat terjadi wabah orang yang beriman akan berdiam diri di rumah sebagaimana perintah Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya. Dengan mematuhi perintah Allah tersebut, ia mengatakan bahwa seorang Muslim tersebut akan dicatat sebagai seorang syahid akhirat, meskipun wabah tersebut tidak menimpanya. 

"Dalam berdiam diri di rumah ada banyak manfaat yang bisa diambil. Karenanya perlu memahami bersama tentang hikmah dari berdiam diri di rumah karena wabah," kata Ustaz Miftah, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Selasa (31/3). 

Selama berdiam di rumah, baik saat menanti maupun saat menjalani Ramadhan, pimpinan Pondok Pesantren Al-Nahdlah Depok, Jawa Barat, ini mengatakan bahwa seorang Muslim bisa belajar menjadi imam bagi keluarganya. 

Ada berbagai kegiatan yang bisa dilakukan Muslim selama di rumah, di antaranya beribadah bersama keluarga, belajar bersama anak dan istri, berdoa bersama-sama orang tercinta, dan bersama-sama bertawakkal kepada Allah SWT. 

Ustaz Miftah menuturkan, ada banyak hikmah dengan kondisi di tengah wabah ini yang mengharuskan masyarakat, termasuk umat Muslim, berdiam di rumah. Kondisi itu dapat semakin menumbuhkan rasa cinta antar anggota keluarga. 

Di samping itu, kondisi demikian mengingatkan bahwa kedua orang tua memiliki tugas utama sebagai pendidik bagi anak-anaknya, serta mengingatkan akan tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Tidak hanya itu, menurutnya, rumah bisa menjadi bentuk praktek dari teori-teori pembelajaran yang selama ini dikembangkan di sekolah atau madrasah. 

"Selama Ramadhan nanti, amalan-amalan yang dilakukan seperti biasa, hanya tempat yang berbeda. Muslim tetap dapat melaksanakan sholat Tarawih berjamaah di rumah bersama keluarga," katanya. 

Andaikan wabah ini belum berakhir hingga pada Ramadhan nanti, Muslim seyogyanya tidak perlu gusar karena tidak bisa melaksanakan sholat tarawih di masjid. 

Mengenai sholat Tarawih, Ustaz Miftah menjelaskan bahwa di zaman Nabi Muhammad SAW belum terdengar istilah sholat Tarawih, melainkan adanya sholat qiyamul lail (sholat malam). 

Menurutnya, selama Ramadhan Nabi SAW juga jarang melaksanakan sholat qiyamul lail di masjid. Beliau kerap melakukan sholat qiyamul lail di masjid itu hanya di akhir-akhir Ramadhan. 

"Artinya kita bisa lebih lagi menjalankan puasa dan mengisi malam-malamnya dengan amalan-amalan yang tidak kalah berarti dengan melaksanakannya di masjid, bahkan ada nilai tersendiri yaitu kebersamaan dengan anggota keluarga," tambahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement