Rabu 01 Apr 2020 07:32 WIB

Corona Jadi Krisis Paling Menantang Sejak Perang Dunia II

Sekjen PBB menyebut pandemi corona jadi krisis paling menantang sejak Perang Dunia II

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Penanganan pasien terdampak virus corona. Sekjen PBB menyebut pandemi corona jadi krisis paling menantang sejak Perang Dunia II. Ilustrasi.
Foto: VOA
Penanganan pasien terdampak virus corona. Sekjen PBB menyebut pandemi corona jadi krisis paling menantang sejak Perang Dunia II. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menyebut wabah virus corona baru Covid-19 sebagai krisis paling menantang yang dihadapi manusia sejak Perang Dunia II. Ia menyerukan masyarakat dunia bekerja sama menangani pandemi tersebut.

Guterres menilai pandemi Covid-19 telah mewakili tekanan terhadap semua orang di dunia. Selain itu, wabah pun memiliki dampak ekonomi yang akan memicu resesi parah dan belum pernah terjadi di masa silam.

Baca Juga

“Kombinasi dari dua fakta dan risikonya yang berkontribusi pada ketidakstabilan yang meningkat, kerusuhan yang meningkat, dan konflik yang meningkat, membuat kami percaya bahwa ini memang krisis paling menantang yang kita hadapi sejak Perang Dunia II," kata Guterres pada Selasa (31/3), dikutip laman UN News.

Dia menyerukan respons yang lebih kuat dan efektif terhadap dampak pandemi. Hal itu hanya dapat dilakukan jika semua orang bersatu dan melupakan permainan politik. “Memahami bahwa manusialah yang dipertaruhkan,” ujarnya.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), pandemi Covid-19 berpotensi menyebabkan 25 juta orang kehilangan pekerjaan. Sementara Amerika Serikat (AS) yang saat ini menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia, dapat kehilangan pendapatan antara 860 miliar hingga 3,4 triliun AS.

Wabah Covid-19 telah menjangkiti sedikitnya 195 negara. Saat ini terdapat lebih dari 838 ribu kasus virus corona baru di seluruh dunia. Korban meninggal telah melampaui 41 ribu jiwa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement