Rabu 01 Apr 2020 14:01 WIB

Selandia Baru Kaji Efektivitas Lockdown Tekan Virus Corona

Selandia Baru menilai perlu banyak tes dilakukan untuk melihat efektivitas lockdown.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menilai terlalu dini untuk menyimpulkan lockdown efektif tekan virus corona.
Foto: EPA-EFE/Boris Jancic
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menilai terlalu dini untuk menyimpulkan lockdown efektif tekan virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON — Selandia Baru mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa tindakan lockdown efektif untuk diberlakukan di negara itu sebagai upaya menekan jumlah kasus infeksi virus corona jenis (Covid-19). Sejauh ini, hingga Rabu (1/4), ada 61 kasus Covid-19 terbaru yang dilaporkan di Selandia Baru.

Lockdown telah diberlakukan oleh Pemerintah Selandia Baru sejak 26 Februari lalu. Seluruh kantor dan sekolah ditutup, serta semua layanan yang tidak penting seperti bar, restoran, kafe, pusat kebugaran, bioskop, museum, dan taman bermain ditutup. 

Baca Juga

Secara keseluruhan jumlah kasus Covid-19 di Selandia Baru adalah 708 hingga Rabu (1/4). Jumlah kenaikan kasus pada pekan ini dianggap cukup menurun, setelah pada pekan sebelumnya kenaikan mencapai 85. 

Lebih dari setengah kasus Covid-19 di Selandia Baru terkait dengan perjalanan ke luar negeri. Sementara, kasus penularan antar manusia secara langsung di dalam negeri adalah sekitar satu persen. 

“Sementara itu yang mungkin tampak sebagai angka yang menggembirakan, saya ingin menekankan masih terlalu dini untuk menilai apakah langkah-langkah yang diterapkan berhasil memperlambat Covid-19,” ujar Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, dilansir The Strait Times, Rabu (1/3). 

Sejauh ini dari seluruh kasus yang dikonfirmasi, terdapat 82 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh di Selandia Baru. Hanya ada satu kematian terjadi, sejak wabah virus corona jenis baru melanda negara itu. 

Ardern mengatakan banyak tes yang diperlukan untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru. Sementara itu, Menteri Keuangan Selandia Baru Grant Robertson mengatakan kepada komite parlemen bahwa kemungkinan terjadi ekonomi kuantum, sebagai dampak Covid-19 yang lebih besar dibandingkan krisis keuangan global. 

Departemen Keuangan Selandia Baru sebelumnya memperkirakan tingkat pengangguran di negara itu kemungkinan akan mencapai puncaknya, yaitu 6,7 persen. Proyeksi awal menunjukkan pengangguran dapat meningkat dari lima persen menjadi dua digit, sementara pengurangan PDB terjadi antara 10-17 persen. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement