Rabu 01 Apr 2020 14:57 WIB

Raja Thailand Isolasi di Hotel Mewah Jerman Bersama 20 Selir

Raja Thailand terbang dari Swiss ke Jerman karena bosan saat isolasi diri dari corona

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun duduk bersama Ratu Suthida Vajiralongkorn Na Ayudhya di Ampornsan Throne Hall di Bangkok, Thailand, Rabu (1/5).
Foto: Bureau of the Royal Household via AP
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun duduk bersama Ratu Suthida Vajiralongkorn Na Ayudhya di Ampornsan Throne Hall di Bangkok, Thailand, Rabu (1/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Raja Thailand Maha Vajiralongkorn (67 tahun) dilaporkan telah memesan satu hotel di Jerman untuk mengisolasi diri dari virus corona tipe baru atau Covid-19 yang mewabah di seluruh negara. Dia tidak sendiri, izin khusus yang dimilikinya dilakukan bersama 20 selirnya dan beberapa penggawa kerajaan.

Dilansir laman Independent.co.uk, Grand Hotel Sonnenbichl berbintang empat di resor Pegunungan Alpen Garmisch-Partenkirchen Jerman menjadi tempat isolasi Raja Thailand bersama dengan para selirnya. Tabloid Jerman Bild melaporkan 20 selir dan penggawa kerajaan ikut dalam masa isolasi di hotel itu. Namun, tidak jelas apakah keempat istrinya juga ikut ke hotel atau tidak.

Baca Juga

Wisma dan hotel di wilayah resor tersebut memang diperintahkan untuk ditutup karena krisis virus corona. Namun demikian, juru bicara dewan distrik setempat mengatakan Grand Hotel Sonnenbichl merupakan pengecualian karena "para tamu adalah kelompok orang-orang homogen tanpa fluktuasi (kesehatan)".

Namun, Independent mengatakan, sebanyak 119 anggota rombongan dilaporkan telah dikirim kembali ke Thailand dengan dugaan mereka terkena penyakit pernapasan yang sangat menular. Kabar tentang isolasi diri istimewa Raja Vajiralongkorn di sebuah lokasi mewah itu kemudian disambut kemarahan oleh puluhan ribu orang Thailand, yang berisiko melanggar undang-undang lese-majeste di negara itu dengan mengkritiknya di media sosial.

Di bawah hukum Thailand, siapa pun yang menghina atau mengkritik Kerajaan dapat dipenjara hingga 15 tahun. Namun, sebuah tagar di Thailand yang diterjemahkan menjadi "Mengapa kita membutuhkan seorang raja?" muncul 1,2 juta kali di Twitter dalam 24 jam setelah seorang aktivis mengklaim Vijaralongkorn bepergian pada hari libur di Jerman sementara wabah terus menyebar di seluruh Thailand.

Aktivis Somsak Jeamteerasakul, yang tinggal di pengasingan di Prancis, juga mengunggah serangkaian konten Facebook yang mengklaim Vajiralongkorn terbang dari Swiss ke berbagai tempat di Jerman mulai awal Maret karena "kebosanan". Jeamteerasakul adalah seorang kritikus vokal terhadap undang-undang monarki dan lese-majeste Thailand. "(Vajiralongkorn akan) membiarkan rakyat Thailand khawatir tentang virus ini. Bahkan Jerman khawatir tentang virus (tetapi) itu bukan urusannya," kata dia.

Dilaporkan The Times, Raja Thailand belum pernah muncul lagi di muka umum sejak Februari. Pemerintahannya di Thailand dimulai pada 2016 setelah kematian ayahnya, Bhumibol. Meskipun tidak ada cara untuk mengukur popularitasnya di kalangan orang Thailand karena hukum lese-majaste, diyakini ia tidak begitu dicintai seperti ayahnya yang memerintah selama lebih dari 70 tahun.

Melansir Channel News Asia, juru Bicara dari Pusat Administrasi Situasi Covid-19 Thailand mengatakan, sebanyak 120 kasus positif Covid-19 terdeteksi di negara itu sehingga menjadikan total kasus 1.771. Hingga Rabu (1/4), sudah ada 12 kematian di Thailand akibat pandemi virus corona.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement