Rabu 01 Apr 2020 17:10 WIB

Larangan AS Bikin Huawei Sulit Jual Ponsel di Luar Negeri

Pendapatan Huawei tumbuh 19,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Huawei
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Huawei

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA—Sudah hampir setahun sejak pemerintah Amerika Serikat (AS) memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam. Mereka  melarang perusahaan lokal melakukan bisnis dengan perusahaan raksasa China tersebut.

Hal tesebut mengakibatkan perusahaan lisensi Android dan merusak penjualan ponsel cerdas Huawei di luar China. Perusahaan mengatakan hal tersebut sangat merugikan bisnisnya.

Baca Juga

Seperti yang dilansir dari GSM Arena, Rabu (1/4), peningkatan pendapatan perusaahaan sebesar 19,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Kendati demikian, presiden bisnis Eropa Barat Huawei Eropa Barat, Vincent Pang mengatakan 2019 adalah tahun penuh tantangan besar bagi perusahaan.

Tanpa Layanan Google, ponsel Huawei sangat sulit dijual di luar negeri dan resolusi konflik juga tidak terlihat. Pang menambahkan pemerintah menolak berbicara dengan perusahaan untuk menyelesaikan masalah ini.

Pun ternyata bukan hanya bisnis seluler saja yang kesulitan. Bisnis perusahaan dengan server misalnya, terseret karena tidak dapat menggunakan chip Intel.

Dari sisi ponsel pintar, perusahaan ini ingin memperkuat layanan Huawei Mobile alternatifnya. Berdasarkan investigasi baru-baru ini, Huawei telah membuat kemajuan yang signifikan, namun masih ada beberapa keterbatasan.

Dengan kehilangan akses pada layanan pengembangan Android Google, ini akan selalu menjadi pukulan besar bagi para mitranya. Namun, jika Hauwei berhasil tetap relevan dan mencapai titik layanan alternatif yang dfapat diterima semua fitur GMS, mungkin semua ini akan berakhir merugikan Google juga.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement