Rabu 01 Apr 2020 16:58 WIB

Ekonom: Impor Pangan Bantu Penurunan Inflasi

BPS mencatat pada Maret terjadi inflasi sebesar 0,10 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi
Foto: Republika
Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi dari Centre of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy manilet, mengatakan, penurunan harga komoditas pangan strategis ikut mendorong penurunan laju inflasi sepanjang bulan Maret 2020. Penurunan itu, salah satunya dipicu dengan kemudahan impor yang dilakukan pemerintah.

"Penurunan inflasi yang terjadi lebih kepada harga barang komoditas pangan pokok yang mulai lebih rendah," kata Yusuf kepada Republika.co.id, Rabu (1/4).

Baca Juga

Inflasi pada Maret 2020 sebesar 0,10 persen. Angka itu mengalami penurunan dibanding Februari yang mencapai 0,28 persen mau pada Januari lalu sebesar 0,39 persen.

Ia menilai, komoditas bawang putih menjadi salah satu yang paling berpengaruh untuk menghambat laju inflasi. Tercatat dari data Badan Pusat Statistik, bawang putih mulai mengalami deflasi sebesar 0,01 persen. Itu terjadi karena pasokan bawang putih yang sejak awal tahun mengalami lonjakan perlahan normal seiring masuknya produk impor.

Di sisi lain, kata Yusuf, kebijakan pemerintah untuk memudahkan impor pangan strategis lainnya, juga ikut mempengaruhi psikologis pasar. Kendati demikian, masih terdapat komoditas lainnya yang memicu inflasi seperti telur ayam ras dan bawang bombai masing-masing 0,03 persen serta gula pasir 0,02 persen.

Soal daya beli, Yusuf menilai secara umum belum terlihat penurunan. Sebab, inflasi inti pada bulan Maret 2020 masih mengalami kenaikan. Tercatat, inflasi inti mencapai 0,29 persen naik dari bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen.

Namun, kata dia, kenaikan tersebut juga tidak dapat dikatakan ada perbaikan daya beli masyarakat. Sebab, kenaikan inflasi inti satu bulan sebelum Ramadhan merupakan pola tahunan.

Yusuf mengatakan, untuk bulan ini, pemerintah mesti mewaspadai kelancaran distribusi pangan karena dipastikan akan terdapat kenaikan permintaan yang tinggi. Oknum-oknum mafia pangan juga perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat hingga sulit mendapatkan bahan pangan dengan harga terjangkau.

Pemerintah, kata Yusuf, juga harus lebih cepat dalam mengambil kebijakan mengikuti dinamika wabah virus corona di Indonesia. Kemungkinan opsi kebijakan yang bisa jadi ditempuh dalam beberapa waktu ke depan harus disiapkan dengan matang agar inflasi tetap terjaga.

"Misalnya, akhirnya pemerintah nanti menerapkan karantina wilayah. Ini harus disiapkan matang karena nanti akan berkaitan dengan daya beli masyarkat," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement