Rabu 01 Apr 2020 17:54 WIB

Industri Film Hollywood Minimalisasi Kerugian Akibat Corona

Sebagian besar polis asuransi secara khusus mengecualikan cakupan pandemi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Industri film (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Industri film (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Dunia Hollywood dan entitas media hiburan utama berupaya menjaga stabilitas bisnis di tengah pandemi virus corona. Berbagai rumah produksi mencoba meminimalisasi kerugian selama periode karantina kesehatan.

Akhir pekan lalu, Warner Media menyumbang 100 juta dolar AS untuk membantu para karyawan Warner Bros. Dilansir di laman Daily News baru-baru ini, ada pula Netflix yang menjamin honor aktor hingga pandemi virus corona selesai.

Walt Disney, melalui pemimpin perusahaan yang belum pensiun, Bob Iger, merelakan seluruh gajinya. Begitu juga CEO Disney, Bob Chapek, yang hanya akan mengambil setengah dari gajinya sampai pandemi Covid-19 mereda.

Ada harapan, pemerintah akan memberikan kompensasi bagi pegiat industri hiburan. Kompensasi tersebut sebagai buntut penutupan bioskop, rumah produksi, maupun pertunjukan.

Banyaknya keterlambatan produksi membuat anggaran yang dikeluarkan meningkat. Pengunduran tanggal rilis film di bioskop juga membuat pendapatan rumah produksi berantakan.

"Untuk produksi industri film dan televisi yang telah ditutup, studio dan produser akan melihat kebijakan asuransi spesifik yang diterapkan untuk produksi televisi atau film tertentu," ujar Sarah Cronin, seorang mitra di firma hukum Kantor Century City Venable LLP yang berspesialisasi pada hiburan dan pemulihan asuransi.

Cronin mengatakan kebijakan-kebijakan itu memiliki beberapa elemen. Ada cakupan otoritas sipil berupa kebijakan pemerintah yang berimbas pada produksi.

Dia mencatat, sebagian besar polis asuransi secara khusus mengecualikan cakupan pandemi sejak wabah SARS terjadi pada awal abad ini. Meski begitu, dia belum melihat pengecualian khusus ditambahkan ke dalam kebijakan produksi.

Ilan Haimoff, mitra yang bertanggung jawab untuk departemen lisensi dan forensik royalti di kantor akuntan dan konsultan LA Green Hasson Janks, mencatat semua jenis asuransi dikenakan biaya. Dia mempertanyakan apa yang akan terjadi jika semua produksi film ditunda atau dijadwal ulang?

"Siapa yang akan membayar biaya tambahan yang dikeluarkan? Apakah itu akan menjadi ikatan penyelesaian berbagai perlindungan asuransi?," kata Haimoff.

Di samping entitas produksi yang berupaya meredam kerugian, ada pihak lain seperti perusahaan pinjaman, investor, dan talenta yang juga kemungkinan akan memburu pihak asuransi.

Beberapa film yang tanggal rilisnya bertabrakan dengan periode pandemi, seperti The Invisible Mandan Onward menjadi pindah tayang ke platform daring. Begitu juga Trolls World Tour dan Lovebirds yang akan dialihkan penayangannya ke Netflix.

"Praktik umum dalam industri kami adalah mempertimbangkan bioksop sebagai gelombang pertama pendapatan, tapi jika mendistribusikan film ke media lain, itu mungkin berdampak pada bagaimana talenta dibayar," ujar Haimoff.

Video rumahan dibayar berdasarkan royalti. Saat kehilangan pendapatan dari tiket bioskop, maka ada bentuk pendapatan baru, yaitu hanya sebatas royalti.

Sejumlah film yang ditunda penayangannya akibat pandemi, antara lain, A Quiet Place Part II, Mulan, James Bond: No Time to Die, Black Widow, Wonder Woman 1984, dan Ghostbusters: Afterlife.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement