Rabu 01 Apr 2020 18:33 WIB

MUI Imbau Keluarga tidak Membawa Jenazah Covid 19 ke Rumah

Tujuannya untuk kebaikan bagi masyarakat dan keluarga yang ditinggalkan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kematian akibat virus corona, ilustrasi
Foto: Republika
Kematian akibat virus corona, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengingatkan bahwa salah satu tujuan dari kehadiran agama Islam adalah untuk melindungi jiwa mamusia. Islam sangat menghargai jiwa manusia. Karena itu segala sesuatu yang akan mengancam jiwa manusia harus dihindarkan.

"Dalam kasus virus corona, virus ini menurut para ahli adalah sangat berbahaya. Virus ini mudah sekali menular kepada orang lain terutama melalui physical contact," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (1/4).

Untuk memutus mata rantai penularannya, lanjut Anwar, semua masyarakat harus memutus kontak dengan orang yang sudah terkena virus tersebut baik mereka yang masih hidup ataupun dengan mereka yang sudah meninggal. Karena itu, kalau pasien positif corona itu sudah meninggal maka sebaiknya jenazahnya jangan lagi dari rumah sakit dibawa pulang ke rumah.

"Tapi langsung saja ke pemakaman untuk dikuburkan. Memang hal ini terasa tidak enak apalagi oleh keluarga tetapi tujuannya adalah untuk kebaikan bagi masyarakat dan keluarga yang ditinggalkan agar mereka tidak tertular oleh virus yang masih ada pada jasad jenazah bahkan mungkin juga pada kafan dan pembalut dari mayit," ucap dia.

Anwar menjelaskan, kaidah dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh para ulama dalam menghadapi masalah ini yaitu meninggalkan kemafsadatan atau bahaya harus didahulukan dari mengambil kemaslahatan yang mungkin bisa didapat. Dalam kondisi di mana terjadi penolakan dari suatu masyarakat terhadap dibawanya jenazah ke tengah-tengah mereka jangan kemudian membencinya atau menunjukkan ketidaksukaannya pada kehadiran jenazah tersebut.

Tetapi maksudnya adalah bagaimana supaya virus yang telah membuat yang bersangkutan meninggal tidak berkembang dan menular ke tengah-tengah masyarakat termasuk kepada keluarganya sendiri.

"Bagaimana pun juga dalam masalah ini pertimbangan medis sangat diperlukan. Kalau aman dan dijamin keamanannya ya silahkan tapi kalau tidak ya saya menganjurkan supaya keselamatan orang banyak dan keselamatan orang yang hidup agar tidak tertular ya harus didahulukan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement