REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pandemi Covid-19 mengakibatkan kegiatan belajar mengajar di sekolah diliburkan sementara. Sebagai penggantinya, sebagian kegiatan belajar dilakukan secara digital.
Tidak hanya di Indonesia, kebijakan itu juga diambil oleh mayoritas negara yang terdampak Covid-19 seperti halnya Amerika Serikat (AS). Namun rupanya, atas kebijakan tersebut, banyak orang tua di AS yang khawatir kegiatan belajar secara digital akan memengaruhi kualitas pendidikan anak.
Merujuk pada survei daring yang dilakukan laman Gallup pada 24-29 Maret 2020, diketahui bahwa 42 persen orang tua mengaku khawatir akan pendidikan anak mereka selama pandemi. Sementara 33 persen orang tua mengaku tidak terlalu khawatir dan 26 persen lainnya tidak peduli sama sekali.
Gallup melaporkan, tujuh dari 10 orang tua siswa K-12 (sekolah dasar dan menengah) yang saat ini tidak bersekolah mengikuti program pembelajaran jarak jauh. Namun dari data survei terlihat perbedaan orang tua dalam memilih kurikulum pembelajaran untuk buah hati mereka.
Sebanyak 26 persen orang tua menggunakan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan sekolah anaknya. Sementara 16 persen lainnya menggunakan materi ajar daring gratis yang tidak terkait dengan sekolah mereka dan enam persen lagi menggunakan materi ajar digital dari lembaga swasta berbayar yang tidak terkait dengan sekolah mereka.
Ironisnya, 11 persen orang tua siswa K-12 mengaku anak mereka tidak mendapat akses pembelajaran apapun selama di rumah. Di antara anak yang tidak mendapat akses pembelajaran secara digital, 52 persen orang tuanya hanya memberikan materi ajar sesuai dengan kemampuan orang tua itu sendiri. Lantas, 25 persen menggunakan materi ajar daring gratis yang tidak terkait dengan sekolah anak mereka, dan 35 persen tidak mengajarkan materi apapun.
Terlepas dari itu semua, sebagian besar orang tua tidak setuju jika masa pembelajaran untuk semester ini diperpanjang. Sebanyak 70 persen orang tua ingin agar siswa yang menyelesaikan program pembelajaran jarak jauh harus tetap naik kelas, sementara 27 persen orang tua menilai tahun ajar semester ini perlu diperluas ke musim panas.