REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang yang memangku jabatan khalifah memiliki khatam. Pada khatam tidak diukirkan nama-nama khalifah, akan tetapi diukirkan kata-kata hikmah atau slogan.
Pada khatam Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali bin Abi Thalib, misalnya, masing-masing diukirkan kata-kata Ni'mah Al Qadir Allahu (Yang Mahakuasa Yang paling baik adalah Allah), Kafaa bil mauti wa'idzhan yaa Umaru (Cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu), Latasbiranna au latandamanna (Engkau bersabar atau menyesal), dan al Mulku lillahi (Kekuasaan hanya bagi Allah).
Khalifah pertama yang memperkenalkan khatam pada surat-surat ialah Mu'awiyah bin Abu Sofyan. Ia juga memperkenalkan pendirian diwan (dewan) yang tugasnya mengurus surat lamaran kerja, menyiarkannya, menyetempel, membungkus dengan kain, membalut dengan lilin, dan kemudian memberikan cap di atasnya. Diwan ini disebut Diwan Al Khatim (Lembaga khatam).
Tujuan didirikannya diwan ini adalah untuk menghindarkan pemalsuan, seperti kasus pemalsuan yang dilakukan Umar bin Zubair yang terjadi pada masa Mu'awiyah. Ia mengirim surat kepada Ziyad bin Abihi, seorang pejabat Kufah. Dalam suratnya dikatakan agar Ziyad memberikan uang sebanyak seratus ribu dirham.
Umar bin Zubair ditugaskan membawa surat yang tidak diberi khatam itu mengubah angka tersebut menjadi 200 ribu dirham sebelum ia menyerahkan surat itu kepada Ziyad.
Kemudian Ziyad memberikan uang sebanyak 200 ribu dirham kepada Umar. Ketika Ziyad menghadap Mu'awiyah dan memberikan laporan, Mu'awiyah tidak mengakui jumlah 200 ribu itu. Akhirnya terungkaplah kasus pemalsuan itu.
Umar bin Zubair diperintahkan untuk mengembalikan uang 100 ribu dirham. Sejak itu Mu'awiyah mendirikan Diwan Al Khatim (Lembaga Khatam).
Ziyad bin Abihi seperti dituturkan oleh Al-Baladari, sejarawan Arab terkemuka, adalah orang Arab pertama yang menerapkan Diwan Al Khatim di wilayah Irak, mengikuti orang-orang Persia