REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bos tim MotoGP Aprilia Racing, Massimo Rivola, bereaksi keras atas keputusan FIM melarang Andrea Iannone membalap selama 18 bulan karena positif doping. Federasi balap motor internasional dalam pernyataan resminya pada Rabu (1/4) mengungkapkan bahwa pembalap tim Aprilia itu terbukti positif menggunakan zat terlarang berupa steroid Drostanolone ketika Grand Prix Malaysia di Sepang, November 2020.
Pembalap berusia 30 tahun itu bersikeras mengaku tak menyalahi aturan dengan menyebut substansi terlarang itu masuk ke tubuhnya lewat daging yang terkontaminasi.
"Para juri menyadari keyakinan Andrea dan ketidaktahuan dia terkait substansi yang dimaksud, mengakui argumen kontaminasi makanan. Karena alasan ini, penalti yang dijatuhkan tak masuk akal," kata CEO Aprilia Rivola yang menyebut penalti itu konyol.
Ia mengatakan, mengingat motivasi yang ditulis sendiri oleh para juri, Iannone seharusnya diputus tidak bersalah, seperti yang selalu menimpa atlet yang terkontaminasi. Pada saat yang sama, situasi ini memberi harapan besar kepada Aprilia untuk melakukan banding yang diharap akan sangat cepat.
"Kami ingin Andrea kembali di atas RS-GP. Kami akan mendampinginya hingga masalah ini selesai dan kami akan mendukungnya dalam banding.
Iannone, yang dijuluki the Maniac, bergabung dengan Aprilia pada 2018 namun kesulitan mengimbangi penampilan rekan satu timnya Aleix Espargaro musim lalu. Juara Grand Prix Austria 2016 itu akan selesai kontraknya dengan Aprilia akhir tahun ini sementara keputusan FIM itu juga mendiskualifikasi hasil finis sang pembalap di Malaysia dan Valencia.