Kamis 02 Apr 2020 06:18 WIB

Virus Corona Buat Ribuan Gajah di Thailand Kelaparan

Jika tak ada bantuan, gajah-gajah Thailand bisa mati kelaparan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Bayi-bayi gajah
Foto: AP/Apichart Weerawong
Bayi-bayi gajah

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Lebih dari 1.000 gajah menghadapi kelaparan di Thailand karena krisis virus corona. Kondisi ini disebabkan penyebaran virus telah memangkas pendapatan dari sektor pariwisata.

Kehadiran pengunjung berperan penting bagi perawatan dan pembelian makanan untuk 4.000 gajah yang diberdayakan di Thailand. Apalagi hewan-hewan tersebut makan hingga 200 kg dalam sehari.

"Jika tidak ada dukungan yang akan datang untuk menjaga mereka tetap aman, gajah-gajah ini, yang beberapa di antaranya sedang hamil, akan mati kelaparan atau mungkin dibawa ke jalan untuk mememinta makanan," ujar pendiri Save Elephant Foundation, Lek Chailert, dikutip dari BBC.

Sebagai alternatif, beberapa gajah mungkin dijual ke kebun binatang atau dikembalikan ke bisnis penebangan liar, yang secara resmi melarang penggunaan gajah pada tahun 1989.

"Ini prospek yang sangat suram kecuali beberapa bantuan keuangan diterima segera," kata Lek Chailert.

Pengelola Suaka Gajah Kindred Spirit di Mae Chaem, di utara Thailand, Kerri McCrea, mengatakan, penduduk desa yang tinggal di dekatnya telah membawa sekitar 70 gajah kembali ke daerah. Mereka tidak lagi menerima uang dari pariwisata yang saat ini sedang sepi.

"Memberi makan gajah adalah prioritas tetapi masalahnya adalah tidak ada hutan yang tersisa untuk memberi makan mereka," kata McCrea.

McCrae harus berkendara hingga tiga jam sehari untuk menemukan cukup rumput dan batang jagung untuk memberi makan lima gajah. Dia mengatakan, pengasuh gajah lokal terpaksa melakukan hal yang sama.

"Skenario kasus terburuk adalah bahwa pemilik harus memilih antara mereka dan gajah mereka. Orang-orang di sini tidak punya banyak, tetapi mereka melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga gajah tetap hidup untuk saat ini," kata McCrae.

Thailand yang biasanya mengandalkan pariwisata untuk sebagian besar pertumbuhan ekonomi terpaksa menutup perbatasannya dengan semua turis. Sebagian besar negara itu pun telah melakukan karantina untuk menghentikan laju penyebaran virus corona.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement