REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Para ahli medis Malaysia menentang pemerintah yang mengizinkan penyelenggaraan pasar Ramadhan yang biasa diadakan tiap tahun. Hal itu dilakukan guna menekan laju penyebaran penularan virus corona jenis baru (Covid-19).
Dilansir di The Straits Times, Kamis (2/4), sejumlah pejabat Pemerintah Malaysia masih terpecah pendapat dalam keputusan ini. Pemerintah federal Malaysia tampaknya masih gamang akan penyelenggaraan pasar tersebut. Pasar Ramadhan populer di kalangan mayoritas Melayu-Muslim.
Juga, puluhan ribu pedagang di 13 negara bagian dan tiga Wilayah Federal (Kuala Lumpur, Putrajaya dan Labuan) bergantung pada kios-kios dagangan di pasar Ramadhan untuk menghasilkan banyak uang selama satu bulan. Menteri Wilayah Federal Annuar Musa kemarin mengindikasikan pasar mungkin akan dimodifikasi, dan lalu lintas manusia dikelola untuk mencegah kemacetan.
"Kita harus menyingkirkan cara lama kerumunan besar," katanya.
Dia mencontohkan, pihak berwenang setempat dapat melihat pengurangan jumlah pasar dan menunjuk daerah-daerah khusus sebagai lokasi pasar. Para pedagang dapat mengemas makanan sebelumnya untuk memastikan ada lebih sedikit kontak manusia.
Direktur Jenderal Departemen Kesehatan, Noor Hisham Abdullah, mengatakan langkah-langkah pengendalian massa yang tepat akan diperlukan jika pasar akan dilanjutkan. Tetapi Akademi Kedokteran Malaysia (AMM) sangat menentang diadakannya pasar Ramadhan tahun ini.
"AMM sangat tidak setuju dengan rencana mengadakan pasar Ramadhan tahun ini, mengingat ancaman berkelanjutan Covid-19," kata Rosmawati Mohamed dalam sebuah pernyataan kemarin yang ditandatangani oleh semua 11 perguruan tinggi AMM, seperti dikutip oleh The Star.
Akademi tersebut adalah badan terdaftar yang mewakili semua spesialis medis di Malaysia, dengan 11 perguruan tinggi yang berfokus pada berbagai spesialisasi medis. Sebagaimana diketahui, pasar Ramadhan di Malaysia biasanya terdiri dari pedagang dengan kios-kios yang menjual makanan yang baru dimasak.
Tenda dari kios-kios pedagang itu didirikan di jalan-jalan dan tempat parkir terbuka di seluruh negeri. Hampir tiap tahun pasar Ramadhan dipenuh dengan Muslim yang hendak mencari makanan berbuka berbuka puasa sepanjang hari.
Ramadhan dimulai pada 23 April tahun ini, sembilan hari setelah hari terakhir dari perintah kontrol gerakan Malaysia pada 14 April mendatang. Negara bagian Melaka, Negeri Sembilan, Terengganu, dan Selangor telah melarang kelangsungan pasar Ramadhan tahun ini.
Singapura juga telah mengumumkan pasar-pasar Ramadhan yang biasanya diadakan di Geylang Serai dan di geladak blok Dewan Perumahan di banyak tempat, tidak akan diadakan tahun ini.
Malaysia kemarin mengumumkan 142 kasus baru yang dikonfirmasi, sehingga totalnya menjadi 2.908 atau tertinggi di Asia Tenggara. Data itu juga mencatat dua kematian lagi dan mencapai total 45 kasus kematian.