REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Pemerintah Provinsi Shenzhen yang terkenal sebagai pusat teknologi Cina mengeluarkan larangan peternakan dan konsumsi satwa liar. Salah satu cara provinsi itu mencegah wabah penyakit seperti pandemi virus korona yang saat ini sedang terjadi.
Virus korona yang pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, diyakini berasal dari pasar makanan yang menjual satwa liar seperti trenggiling dan musang. Satwa-satwa liar itu dijual berdampingan dengan hewan ternak seperti ikan dan ayam.
Konsumsi satwa liar diyakini lebih populer di daerah selatan tempat Shenzhen berada. Provinsi itu pusat wabah SARS tahun 2002 dan 2003. Virus SARS juga diyakini tersebar oleh orang yang mengkonsumsi atau bekerja dengan satwa liar di daerah sekitar Shenzhen.
Larangan yang dikeluarkan Shenzhen pada Kamis (2/4) ini sudah permanen. Sebelumnya provinsi itu bersama pemerintah pusat sudah melarang perdagangan dan konsumsi satwa liar sementara selama virus korona mewabah.
Shenzhen tidak hanya melarang jual-beli dan konsumsi seperti ular, kadal dan satwa liar lainnya. Mereka juga melarang konsumsi binatang peliharaan seperti anjing dan kucing atas alasan kemanusiaan. Penelitian menemukan hewan peliharaan tidak menyebar virus corona.
Bagi mereka yang melanggar peraturan ini dapat didenda sampai 150 ribu yuan atau 21.400 dolar AS. Denda dapat terus bertambah tergantung binatang yang diperdagangkan atau konsumsi. Namun pemerintah masih mengizinkan peternakan hewan liar untuk medis.