REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- Setidaknya 19 perwakilan asing dari Jamaah Tabligh dijemput oleh petugas yang mengidentifikasi kontak pasien virus corona (Covid-19) di India, Selasa malam (31/3). Dari jumlah itu terdapat 10 warga Indonesia dan sembilan warga Kirgistan.
Mereka dijemput karena termasuk orang yang mengikuti pertemuan Jamaah Tabligh pada Februari-Maret lalu. Mereka diduga bersembunyi di sebuah masjid di Goripalya di Mysuru Road, di ibu kota negara bagian Karnataka, India.
Sebanyak 19 warga asing itu telah mengunjungi pertemuan Jamaah Tabligh yang digelar di Nizamuddin, Delhi. Pertemuan tersebut menjadi klaster dari kasus Covid-19.
Mereka terbang ke Goripalya dari New Delhi pada 13 Maret lalu. Hal demikian diungkapkan oleh sumber yang dekat dengan operasi untuk melacak para pengikut Tablighi yang mengikuti pertemuan itu dan diduga telah tiba di kota itu.
"Kami mendapat informasi dari intelijen dan sumber-sumber lain tentang 19 warga asing yang bersembunyi di masjid tersebut. Kami mengirim petugas kesehatan untuk memeriksa tempat itu," kata sumber yang tak disebutkan namanya, dilansir di The Times of India, Kamis (2/4).
Di masjid tiga lantai itu, warga Indonesia menempati lantai pertama. Sedangkan warga Kirgistan menempati lantai kedua dan 12 orang Malayali (warga Kerala) di lantai ketiga.
Sebanyak 31 orang tersebut berada di masjid tersebut sejak 16 Maret lalu dan hanya bertahan dengan memakan roti. Petugas kesehatan lantas berbicara kepada ketua ulama di masjid tersebut. Ulama masjid itu kemudian mengizinkan mereka masuk ke dalam masjid dan membawa 31 orang tersebut ke tempat karantina publik.
"Kami takut bisa berbenturan dengan hukum mengingat itu adalah daerah berpenduduk padat. Kami masuk ke masjid tersebut melalui pintu belakang dan mengangkut 31 orang dalam dua ambulans langsung ke rumah sakit di CV Raman Nagar," kata sumber tersebut.
Sumber itu mengatakan, mereka tidak bisa berkomunikasi dengan warga asing itu karena rintangan bahasa. Menurutnya, mereka juga mencoba melarikan diri karena takut tentang keselamatan mereka. Selain itu, sumber mengatakan para pengikut Jamaah Tabligh itu menolak memakan makanan yang diberikan dan mulai berteriak dan memukuli petugas India.
"Kami kemudian berupaya meyakinkan mereka dan memberikan mereka roti dan biskuit yang mereka makan," ujarnya.