REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan kendaraan roda empat di Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi pada tahun ini. Hal itu disebut merupakan dampak dari penyebaran Covid-19 yang semakin meluas baik secara global maupun di dalam negeri.
Sama halnya dengan kendaraan roda empat, penjualan kendaraan roda dua diperkirakan akan tumbuh single digit. Bahana Sekuritas menilai penjualan kendaraan bermotor bakal sulit mencapai target di sepanjang 2020.
Pada kuartal pertama tahun ini ada banyak tantangan yang dihadapi oleh industri kendaraan bermotor. Salah satunya yaitu banjir yang terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia sejak akhir tahun hingga pertengahan Februari. Hal ini ditambah pula jumlah orang yang terjangkit infeksi Covid-19 terus bertambah.
"Bila melihat perkembangan yang terjadi hingga saat ini, ancaman perlambatan ekonomi semakin nyata baik secara global maupun domestik selama kuartal pertama tahun ini dan masih akan berdampak hingga kuartal kedua," papar Analis Bahana Sekuritas Anthony Yunus dalam keterangan pers, Kamis (2/4).
Menurut Anthony, sejumlah tantangan tersebut tentu saja akan berdampak terhadap permintaan kendaraan bermotor. Meski Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga beberapa kali, Anthony nelihat industri kendaraan bermotor masih akan sulit mencapai target penjualan.
Anthony memperkirakan volume penjualan roda empat akan mengalami penurunan sekitar delapan persen atau setara dengan 948 ribu unit. Sedangkan penjualan roda dua diperkirakan turun sekitar lima persen atau mencapai sekitar 6,163 juta unit untuk sepanjang 2020.
Semula Bahana Sekuritas memperkirakan penjualan kendaraan bermotor roda empat (4W) secara nasional akan mencapai sekitar 1,07 juta unit. Sementara itu, asosiasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperkirakan penjualan mobil sekitar 1,1 juta unit, namun asosiasi tengah berhitung ulang terhadap proyeksi ini.
Pada Januari 2020, penjualan mobil tercatat sebesar 79.983 unit atau turun 2,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yang disumbang penjualan oleh grup Astra International tercatat sekitar 40.289 unit atau naik sebesar 4,7 persen secara tahunan. Sedangkan sisanya sumbangan dari penjualan di luar grup Astra, yang secara tahunan mengalami penurunan sebesar 0,1 persen, terutama akibat turunnya penjualan Mitsubishi.
Anthony melihat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberi stimulus terhadap perekonomian baik dari sisi fiskal maupun moneter agar tetap bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik ditengah ancaman perlambatan ekonomi global yang lebih dalam. Bahkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi keringanan bagi masyarakat berpenghasilan rendah seperti supir taksi, ojek online yang memiliki kredit bermotor diberikan bebas angsuran hingga 1 tahun, demi menjaga daya beli masyarakat.
Bank Indonesia juga memberi stimulus dengan memangkas suku bunga dalam rapat dewan gubernur (RDG) sebesar 25 basis points (bps) ke level 4,5 persen. Secara total BI telah menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 150 bps dari 6 persen sejak Juli 2019, sebagai langkah antisipasi menjaga pertumbuhan ekonomi domestik ditengah tertahannya pemulihan ekonomi global akibat serangan Covid-19.
World Health Organization (WHO) secara resmi telah mengumumkan bahwa penyebaran virus korona telah menjadi pandemic dan meminta semua negara untuk mengaktifkan dan meningkatkan mekanisme tanggap darurat, perlu adanya komunikasi kepada publik tentang risiko dan cara melindungi diri serta perlunya untuk segera menemukan, memisahkan, menguji dan mengobati setiap kasus Covid-19 dan melacak setiap kontak terkait.
Dengan memperhatikan kondisi terkini, Bahana Sekuritas pun merekomendasikan investor untuk membeli saham Astra International yang berkode saham ASII, dengan target harga Rp 6.000/lembar. Pendapatan grup Astra diperkirakan mencapai Rp 225,8 triliun pada akhir 2020, atau turun sebesar 15,6 perse dari perkiraaan semula, dengan laba bersih diperkirakan turun sekitar 20 persen menjadi sekitar Rp 19,6 triliun pada akhir 2020, dibanding perkiraan sebelumnya sebesar Rp 24,5 triliun.