REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- UNICEF memperingatkan bahwa wabah virus corona baru Covid-19 dapat segera menjangkiti kamp-kamp pengungsi di berbagai penjuru dunia. Menurutnya, kamp, tempat keluarga migran berlindung, cukup rentan terhadap penyebaran virus.
"Wabah penyakit pernapasan seperti Covid-19 dapat dengan mudah menyebar melalui batas-batas yang padat dan kondisi tidak aman yang khas di banyak kamp atau perkampungan. Keluarga di lingkungan ini akan lebih cenderung sakit dan kurang mampu melawan penyakit karena layanan yang tidak memadai," kata Direktur UNICEF Henrietta Fore dalam sebuah pernyataan pada Rabu (1/4), dikutip laman UN News.
Dia mengungkapkan terdapat 31 juta anak-anak yang telah terusir dari rumah mereka. Sebanyak 17 juta di antaranya terlantar secara internal. Kemudian 12,7 juta lainnya berstatus pengungsi dan 1,1 juta termasuk ke dalam pencari suaka.
"Sebagian besar dari mereka tidak memiliki kemewahan memanggil dokter ketika sakit, mencuci tangan kapan pun mereka perlu, atau mempraktikkan jarak fisik guna menghentikan penularan penyakit," ujar Fore.
Dia berpendapat setiap respons kesehatan publik terhadap pandemi harus menjangkau mereka yang paling rentan. "Termasuk pengungsi, migran, dan mereka yang terlantar secara internal," ucapnya.
Hal itu berarti orang-orang atau kelompok terkait memiliki akses setara untuk dites dan dirawat. Informasi pencegahan dan kebutuhan dasar seperti air dan layanan sanitasi pun layak mereka peroleh.
Saat ini, UNICEF sedang bekerja sama dengan para mitranya untuk mencegah penyebaran virus di kalangan pengungsi, migran, dan komunitas yang terusir. Salah satu kegiatan yang mereka lakukan adalah mempromosikan praktik kebersihan yang dapat mengantisipasi penularan atau infeksi.
"Tapi kami tidak bisa melakukan ini sendirian. Sekarang, lebih dari sebelumnya, pemerintah dan komunitas internasional harus bersatu untuk melindungi yang paling rentan di masa-masa yang belum pernah terjadi sebelummya," kata Fore.