Kamis 02 Apr 2020 15:58 WIB

Studi: Jangkauan Droplet Saat Batuk Capai 6 Meter

Setiap orang disarankan menggunakan masker, terutama di ruangan berventilasi buruk.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Bersin (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Bersin (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Sejauh ini, perlu atau tidaknya penggunaan masker untuk orang sehat masih menjadi perdebatan para ahli. Namun baru-baru ini, para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, Amerika Serikat (AS), melakukan studi tentang pernapasan dan pergerakan droplet setelah batuk maupun bersin.

Studi yang dipimpin oleh Prof Lydia Bourouiba ini dilakukan di laboratorium, menggunakan kamera berkecepatan tinggi dan sensor lain untuk menilai secara tepat apa yang terjadi setelah batuk atau bersin. Hasilnya ditemukan bahwa batuk dapat menghantarkan droplet hingga sejauh enam meter. Sementara bersin jauh lebih cepat, dengan jangkauan hingga delapan meter.

Adapun kala bernapas, studi menemukan bahwa napas seseorang bisa mengeluarkan asap kecil yang bergerak cepat dan dapat berisi cairan dengan berbagai ukuran. Cairan terkecil dapat dibawa oleh udara dalam jarak yang jauh.

Atas hasil penelitian tersebut, Prof Lidya khawatir dengan jarak aman yang selama ini dipopulerkan. Diketahui jarak aman antarmanusia yang direkomendasi WHO selama ini antara lain dua meter.

"Apa yang kita embuskan, batuk atau bersin mengeluarkan cairan yang bisa pergi jauh. Jadi keliru jika batas aman jarak sosial hanya dua meter," kata Prof Lidya, dilansir di BBC, Rabu (1/4), waktu setempat.

Lalu apakah ini artinya mengenakan masker penting, meskipun sehat? Untuk mengurangi risiko, Prof Lidya menyarankan setiap orang memakai masker, terutama jika berada di ruangan berventilasi buruk.

Terlebih, jika kita berinteraksi dengan seseorang yang terinfeksi, masker dapat membantu menahan droplet atau cairan yang dikeluarkan kala bernapas, batuk, maupun bersin.

Dia mengatakan masker tipis tidak akan melindungi dari partikel terkecil di udara karena masker itu tidak bisa memfilternya. "Tapi masker itu berpotensi mengalihkan asap atau awan yang dihembuskan lawan ke samping, tidak ke depan Anda," kata Prof Lidya.

Sementara itu, ketua panel dari WHO Prof David Heymann menyatakan penelitian baru dari MIT dan lembaga lainnya akan dievaluasi. Dia mengatakan, jika bukti di lapangan mendukung penelitian dari MIT, maka mengenakan masker akan sangat efektif untuk menekan penyebaran Covid-19.

"Tentu masker harus dipakai dengan benar dan digunakan secara konsisten," kata Heymann.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement