Kamis 02 Apr 2020 16:35 WIB

Trump Peringatkan Iran tak Buat Serangan Tiba-tiba

AS memperingatkan Iran akan membayar mahal jika serangan dilakukan tiba-tiba.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump
Foto: NBC News
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Iran atau proksinya di Timur Tengah dapat menggelar serangan kejutan terhadap AS di Irak. Ia memperingatkan bila hal itu terjadi maka Iran akan 'membayarnya dengan harga yang sangat mahal'.  

"Berdasarkan keyakinan dan informasi, Iran atau proksinya merencanakan serangan tiba-tiba terhadap pasukan atau aset AS di Irak, jika ini terjadi Iran akan membayarnya dengan harga yang sangat mahal," cicit Trump di media sosial Twitter, Kamis (2/4).

Baca Juga

Belum ketahui informasi apa yang Trump maksudkan dalam cicitannya. Pernyataan itu Trump unggah setelah ia dijadwalkan bertemu dengan badan intelijen AS.

Salah satu pejabat yang tidak bersedia namanya disebutkan mengatakan intelijen AS menyatakan serangan yang di dukung Iran di Irak tampaknya dapat ditangkis. Serangan itu bertentangan dengan serangan rudal yang dilakukan Teheran pada 8 Januari lalu.

Pejabat itu mengatakan lembaran informasi intelijen tentang potensi serangan yang dilakukan Iran atau didukung pasukan Iran sudah lama dikerjakan. Pejabat itu tidak mengungkapkan waktu atau lokasi serangan yang sudah diperkirakan intelijen.

Kantor berita Iran melaporkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyinggung cicitan Trump tersebut. Ia memperingatkan Washington untuk tidak melakukan 'aksi provokatif' di Irak.

Hubungan AS dan Iran memang renggang sejak revolusi 1979 yang menggulingkan Shah Mohammed Reza Pahlevi. Beberapa tahun terakhir kian memburuk usai Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 atau Join Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada tahun 2018.

Sejak itu, Trump menerapkan kembali sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran. Sanksi-sanksi yang bertujuan agar Teheran bersedia menegosiasikan ulang kesepakatan nuklir itu mengguncang perekonomian Iran.  

AS semakin memperburuk keadaan dengan menggelar serang drone pada 3 Januari lalu yang menewaskan kepala Pasukan Quds jenderal Qassem Soleimani. Serangan tersebut juga membunuh pendiri milisi Syiah Kataib Hizbullah, Abu Mahdi al-Muhandis.

Pada 8 Januari Iran membalasnya dengan menembakan roket ke pangkalan militer Ain al-Asad yang menampung pasukan AS di Irak. Tidak ada yang tewas atau terluka para dalam serangan itu tapi lebih dari 100 pasukan didiagnosa mengalami gegar otak.

AS menuduh Kataib Hezbollah yang didukung Iran sebagai pelaku serangan roket 11 Maret yang menewaskan dua pasukan Amerika dan seorang pasukan Inggris di Irak. Keesokan harinya AS menggelar serangan udara terhadap milisi tersebut di Irak.

Pengamat dari lembaga think tank Washington Institute for Near East Policy, Phillip Smyth mengatakan ia yakin peringatan Trump dipicu munculnya League of the Revolutionaries. Sebuah kelompok yang dibentuk agar Kataib Hizbullah dapat menyangkal melakukan serangan terhadap AS. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement