Kamis 02 Apr 2020 17:02 WIB

Penderita Bisa Tularkan Corona 3 Hari Sebelum Gejala Muncul

Studi sarankan pejabat publik pertimbangkan aturan tes Corona sebelum gejala muncul

Sejumlah warga mengikuti tes cepat (rapid test) COVID-19 di Puskesmas Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau.Pengidap virus corona dapat menularkan infeksi satu hingga tiga hari sebelum muncul gejala, menurut studi yang dirilis Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Foto: Antara/FB Anggoro
Sejumlah warga mengikuti tes cepat (rapid test) COVID-19 di Puskesmas Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau.Pengidap virus corona dapat menularkan infeksi satu hingga tiga hari sebelum muncul gejala, menurut studi yang dirilis Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengidap virus corona dapat menularkan infeksi satu hingga tiga hari sebelum muncul gejala, menurut studi yang dirilis Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

Studi, yang menyoroti pentingnya menjaga jarak sosial untuk melawan wabah penyakit tersebut, mengamati 243 kasus COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, yang dilaporkan di Singapura antara 23 Januari - 16 Maret.

Studi mengidentifikasi tujuh klaster di mana penularan sebelum gejala memungkinkan, dan dalam empat klaster, di mana tanggal pemaparan dapat ditentukan, penularan sebelum gejala terjadi satu hingga tiga hari sebelum akhirnya gejala pada pasien muncul.

Dari sejumlah kasus di Singapura, 157 kasus ditularkan secara lokal dan 10 di antaranya kemungkinan ditularkan sebelum adanya gejala.

Virus yang cepat menyebar itu telah menelan lebih dari 43.000 korban jiwa secara global, dengan hampir 4.000 berada di AS.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa mungkin tidak cukup bagi orang yang mengalami gejala membatasi kontak mereka untuk mengendalikan pandemi, tulis para peneliti di Laporan Mingguan Mortalitas dan Morbiditas CDC, yang diterbitkan Rabu.

Temuan itu sekaligus meningkatkan tantangan langkah pencegahan, tulis peneliti. Namun pihaknya mengatakan besarnya dampak tergantung pada tingkat serta durasi penularan sementara seorang pasien pragejala dan yang sejauh ini belum ditetapkan secara jelas.

Penulis studi menyarankan agar pejabat kesehatan publik yang melakukan pelacakan kontak harus banyak mempertimbangkan termasuk masa sebelum gejala untuk memperhitungkan kemungkinan penularan jenis ini.

Transmisi mungkin berlangsung melalui percikan pernapasan atau bahkan cara bicara dan aktivitas vokal lainnya seperti bernyanyi, dengan tingkat emisi yang sesuai dengan nyaringnya suara, menurut peneliti. Sementara kasus COVID-19 diselidiki secara hati-hati, CDC mengatakan ada kemungkinan sumber yang tak diketahui bisa jadi menyebabkan klaster.

Dan temuan itu juga dapat dipengaruhi oleh pelaporan kasus yang keliru, terutama jika orang-orang hanya memiliki gejala ringan.Dengan fokus saat ini terhadap pengujian hanya orang-orang yang mengalami gejala, para peneliti memperkirakan penyakit tanpa gejala menjadi kurang terdeteksi.

Namun data CDC menambah laporan sebelumnya dari kasus individu di China, yang mengindikasikan virus tersebut mampu menyebar sebelum muncul gejala.

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement