REPUBLIKA.CO.ID, KOTA MEKSIKO -- Seorang migran Guatemala meninggal dan 14 lainnya dibawa ke rumah sakit setelah kerusuhan meletus di pusat penampungan di Meksiko selatan, Rabu (1/4). Pihak berwenang menyatakan, kondisi tersebut terjadi saat ketegangan meningkat dalam fasilitas karena penyebaran virus corona.
Korban jiwa dan yang dibawa ke rumah sakit itu terjadi karena menghirup asap setelah para migran membakar kasur. Kodisi kacau tersebut pun membuat 27 migran melarikan diri. "Stasiun migrasi Tenosique dibersihkan dan para migran dipindahkan ke tempat penampungan lain," kata pihak berwenang.
Pusat penahanan di negara bagian selatan Tabasco sejak Selasa telah ramai dengan tuntutan para migran atas keprihatinan penyebaran virus corona. Kementerian Dalam Negeri Meksiko dan National Migration Institute (INM), kekhawatiran semakin memuncak saat negara tersebut memberlakukan penutupan perbatasan baru-baru ini.
Seiring meningkatnya kasus virus corona di Meksiko, ketakutan terjadi karena terdapat ribuan migran yang telah tertahan di negara itu. Amerika Serikat sebagai negara tujuan telah menerapkan kebijakan imigrasi yang ketat, sehingga mereka harus menunggu di Meksiko.
Gabungan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dalam sebuah pernyataan, persoeil PBB di Tenosique mengatur agar 42 pencari suaka dipindahkan dari pusat penahanan ke tempat penampungan. Perpindahan itu dapat dilakukan saat migran melanjutkan proses dengan agen pengungsi Meksiko COMAR.
"Praktik memfasilitasi keluar ini menjadi lebih penting saat ini karena darurat kesehatan yang disebabkan oleh Covid-19," kata pernyataan bersama UNHCR, UNICEF, UNCHR, dan IMO.
Seorang juru bicara COMAR mengatakan, mereka mencari pembebasan 11 migran yang telah meminta bantuan agen. "Kami menyesali kematian Mr. Hector Rolando Barrientos Dardon, seorang pencari suaka," kata ujarnya merujuk pada korban meninggal dalam kerusuhan di tempat penampungan.