REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) masih optimistis negaranya terbebas dari infeksi virus corona tipe baru atau Covid-19. Hal itu menimbulkan keraguan di dunia, ketika infeksi global telah mendekati angka satu juta kasus yang tersebar di 203 wilayah dan negara di dunia.
Korut sebagai negara yang memang sudah terisolasi dari dunia ini dengan cepat menutup perbatasan dan memberlakukan tindakan pengamanan sejak Januari. Saat itu, negara tetangganya, China terdeteksi memiliki virus baru.
Direktur Markas Besar Anti-epidemi Darurat Pusat Korut, Pak Myong-su menegaskan upaya tersebut sepenuhnya berhasil mengekang virus masuk ke negara Asia Timur itu. "Tidak ada satu orang pun yang terinfeksi virus corona baru di negara kami sejauh ini," ujar Myong-su seperti dilansir laman Aljazirah, Kamis (2/4).
Menurutnya, negara telah melakukan langkah-langkah pencegahan dan ilmiah seperti inspeksi dan karantina bagi semua orang yang memasuki Korut. Pemerintah Korut juga telah mendisinfeksi seluruh barang yang masuk ke dalam negeri, menutup perbatasan, dan memblokir jalur laut dan udara, yang menurut Myong-su hal-hal itu penyebab Korut terbebas dari infeksi corona.
Kendati demikian, para ahli menilai, Korut sangat rentan terhadap virus karena sistem medis di negara tersebut sangat lemah. Terlebih, negara itu mendapatkan sanksi internasional yang telah menyebabkan kekurangan pangan.
PBB memperkirakan 10,3 juta orang atau hampir setengah dari populasi Korut sangat membutuhkan pangan. Sekitar 41 persen penduduk Korut kekurangan gizi.
Pada Maret, Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un mengirim surat kepada Presiden Korea Selatan (Korsel). Surat memang tidak dirilis ke publik, tetapi sekretaris pers senior Moon mengatakan, bahwa surat itu berisi kekhawatiran dan harapan baik Kim tentang Covid-19. Hal itu menimbulkan spekulasi apakah Korut telah bersiap menerima bantuan soal virus corona.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donadl Trump juga mengatakan, Korut akan melalui sesuatu. Dia juga menawarkan kerja sama dalam memerangi pandemi Covid-19 ini dalam surat pribadinya kepada Kim.
Sejumlah kabar melaporkan bahwa Pyongyang yang telah mendapatkan berbagai sanksi internasional atas program rudal nuklir dan balistiknya, telah mencari bantuan terkait virus. Pada Februari 2020, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, pihaknya telah memberi Pyongyang 1.500 alat tes diagnostik virus corona atas permintaannya karena risiko yang berkelanjutan dari Covid-19 yang baru di negara tersebut.
PBB telah memberikan pengecualian sanksi kepada kelompok-kelompok bantuan, termasuk Doctors Without Bordes (Medecins Sans Frontieres, atau MSF) dan UNICEF, untuk barang-barang seperti kit diagnostik, masker wajah, peralatan pelindung dan desinfektan. Namun, belum dapat dipastikan apakah pasokan itu telah dikirim ke Korut atau tidak.
Menurut data yang diunggah di Kantor PBB untuk situs web Koordinasi Urusan Kemanusiaan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana untuk menghabiskan 900 ribu dolar AS untuk mendukung kegiatan tanggapan soal pandemi corona di Korut.
Berdasarkan data WHO mengatakan, hampir semua negara telah melaporkan adanya kasus corona. WHO juga mencatat hampir satu juta kasus positif Covid-19 tercatat di seluruh dunia.
Melansir laman Wordometers, sebanyak 940.733 kasus infeksi korona tercatat di 203 negara. Sementara 47.518 orang meninggal dunia karena Covid-19, dan 196.217 orang sembuh.