REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Badai pandemi corona di China berangsur reda. Ini sekaligus jadi angin segar bagi dunia industri termasuk industri otomotif. Volkswagen (VW) pun yakin, angka penjualan di China akan segera merangkak naik.
Dilansir dari Reuters pada Kamis (2/4), pabrikan Jerman itu bahkan berharap total penjualan pada Maret dapat melonjak hingga empat kali lipat dibanding Januari dan Februari. Kepala Bisnis Volkswagen Cina, Stephan Woellenstein yakin, dampak terburuk dari pandemi itu hanya terjadi dalam dua atau tiga bulan belakangan saja.
Meski jumlah permintaan memang masih terbatas, namun ia meyakinkan bahwa VW siap untuk meningkatkan kapasitas produksi jika memang terjadi lonjakan permintaan. Mengingat, sebelumnya pandemi ini sempat membuat VW harus menutup 24 pabrik yang ada di China.
Tapi, kini sudah ada 22 fasilitas produksi yang telah kembali beroperasi. Dua pabrik yang masih tutup adalah pabrik yang terdapat di Changsha dan Urumqi.
"Kami telah melihat tanda-tanda bahwa perekonomian akan kembali pulih. Pada pertengahan tahun, kita pun bisa kembali berpatokan pada target yang telah ditetapkan tahun lalu," kata Woellenstein.
Menurutnya, penjualan selama Februari 2020 adalah sebesar 250 ribu unit. Diperkirakan, total penjualan pada Maret akan meningkat hingga 1 juta unit.
Jika pasar memang benar-benar pulih, maka VW pun dapat melanjutkan rencana investasinya yang akan mulai dilakukan pada tahun ini. Meskipun, secara realistis, ia menilai bahwa pasar baru akan berada pada level normal pada 2021.
Soal investasi, VW berencana untuk melakukan investasi di Cina dengan nilai sebesar 4,4 miliar dolar AS. Total, 40 persen diantaranya adalah investasi yang spesifik diperuntukan untuk pengembangan mobil listrik.
Mengingat, pada 2025, pabrikan ini menargetkan untuk dapat melakukan penjualan mobil listrik di Cina sebanyak 1,5 juta unit.