Kamis 02 Apr 2020 20:37 WIB

Hampir 9.000 Jamaah Tabligh India Berisiko Covid-19

9.000 Jamaah Tabligh India Perlu Dikarantina.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Anggota Jamaah Tabligh menunggu bus yang akan membawa mereka ke fasilitas karantina di Nizamuddin, New Delhi, India, Selasa (31/3). Jamaah Tabligh tetap menggelar pertemuan di tengah kekhawatiran meluasnya penyebaran virus corona.
Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Anggota Jamaah Tabligh menunggu bus yang akan membawa mereka ke fasilitas karantina di Nizamuddin, New Delhi, India, Selasa (31/3). Jamaah Tabligh tetap menggelar pertemuan di tengah kekhawatiran meluasnya penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah India mengidentifikasi sebanyak 7.688 warga India dan 1.306 warga asing berisiko terjangkit Covid-19 setelah mengikuti kegiatan Jamaah Tabligh yang digelar di Masjid Nizamuddin, New Delhi pada bulan lalu. Hampir 9.000 jamaah tersebut perlu dikarantina untuk mencegah penyebaran virus Corona di India.

"Sedikitnya 7.600 orang India dan 1.300 orang asing telah diidentifikasi memiliki hubungan dengan sebuah kelompok Islam yang mengorganisasi sebuah kegiatan keagamaan di Delhi bulan lalu," ujar Kementerian Dalam Negeri India dikutip dari NDTV, Kamis (2/4).

Baca Juga

Sebanyak 23 negara bagian dan empat wilayah persatuan di India telah bekerja sepanjang waktu untuk mengidentifikasi 1.306 warga asing tersebut. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kementerian Dalam Negeri India pada Rabu (1/4) kemarin, sebanyak 1.051 Jamaah Tabligh telah dikarantina, 21 dinyatakan positif corona, dan dua orang meninggal dunia.

Otoritas setempat mengatakan, pemerintah juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengidentifikasi 7.688 warga India yang menjadi anggota Jamaah Tabligh dan orang yang terlibat pernah berhubungan langsung dengan mereka.