Jumat 03 Apr 2020 00:37 WIB

Presiden IIBF: Krisis Ekonomi di Indonesia Hanya Soal Waktu

Corona dinilai mempercepat terjadinya kemungkinan krisis di Indonesia.

Happy Trenggono, President of Indonesian Islamic Business Forum
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Happy Trenggono, President of Indonesian Islamic Business Forum

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Happy Trenggono, President of Indonesian Islamic Business Forum (IIBF), mengatakan, kemungkinan Indonesia masuk dalam krisis ekonomi jauh sebelum adanya wabah virus corona. Bahkan, beberapa bulan sebelum wabah corona, IIBF telah membentuk satgas khusus untuk membantu pengusaha jika terjadi krisis ekonomi di Indonesia.

"Artinya apa? Krisis ekonomi bagi Indonesia hanya persoalan waktu saja. Hari ini corona datang menjadi faktor percepatan kemungkinan itu," kata Happy dalam pesan tertulisnya kepada Republika.co.id.

Bahkan, menurut Happy, bagi sebagian orang krisis ekonomi itu sudah terjadi hari ini. Contohnya adalah rupiah yang terjun bebas, lonjakan harga barang, menghilangnya pasokan, serta kebutuhan pokok mulai sulit dipenuhi. "Itu bentuk-bentuk krisis yang bisa kita lihat," kata dia.

Banyak yang bertanya kepadanya, apakah wabah virus corona akan memicu krisis ekonomi dan mengapa pemerintah dinilai banyak pihak penuh keragu-raguan dalam mengatasi corona, apakah karena khawatir ekonomi terganggu? Happy menjelaskan, IIBF telah membahas kemungkinan Indonesia masuk ke dalamnya. 

"Jadi, sekarang bagaimana? Ya inilah kenyataan yang harus kita hadapi. Mengeluh tidak akan menyelesaikan persoalan," kata dia.

Namun, tidak semua orang mengalami hal sama. Ada juga pengusaha yang justru dapat berkah dari krisis. "Bersyukurlah karena bagi sebagian besar pengusaha pilihannya hanya dua, win or die!"

Ia berpendapat ada empat faktor yang menentukan apakah Indonesia akan menang atau akan terkapar menghadapi krisis ini. Faktor pertama adalah kepemimpinan.

"Ketahuilah semua dimulai dari sini. Kita harus memahami bahwa krisis ini bukan aib. Ini kenyataan yang harus kita hadapi. Enggak usah malu. Temannya banyak," ucap dia.

Menurut dia, perlu disiapkan pola pikir atau mindset yang tepat. Mindset yang tepat ukurannya adalah kesiapan mental menghadapi kenyataan dan kemampuan untuk bertindak dengan tegas. "Kunci memenangkan krisis letaknya bukan pada sumber daya yang dimiliki, tetapi pada leadership," ucap dia.

Memimpin pada saat semuanya baik-baik saja, menurut Happy, bisa dilakukan oleh banyak orang. Namun, kepemimpinan sejati dilihat pada saat ini, saat menghadapi krisis.

"Krisis menguji kepemimpinan. Mahatir memimpin Malaysia menjadi satu-satunya negara yang paling cepat pulih dari krisis 1998 justru karena menolak bantuan IMF. That is leadership."

Poin kedua adalah strategi dan manajemen karena isu paling sentral dalam melewati krisis adalah persoalan keuangan, persoalan likuiditas, dan persoalan cash flow. "Prioritasnya adalah bagaimana agar Anda tidak kehabisan napas, agar tetap bisa memenuhi kebutuhan minimum, agar situasi tidak berkembang menjadi chaos."

"Maka, yang diperlukan adalah contingency plan, extraordinary action, bukan sekadar langkah langkah normal. Pikirkan hal itu dan lakukan dengan cepat. Lakukan mitigasi risiko. Saya akan bahas lebih mendetail tentang hal ini dalam kesempatan berikutnya."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement