Jumat 03 Apr 2020 08:44 WIB

Pakar Medsos: Hindari Misinformasi Wabah Covid-19

Pemerintah perlu melakukan perbaikan terkait manajemen penanggulangan wabah Covid-19.

Media sosial
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menghadapi pandemi corona ini menjaga jarak fisik harus dilakukan, bukan jarak sosial karena masyarakat masih bisa terhubung secara sosial khususnya melalui media sosial. Namun, terpenting juga kita harus pula menjaga jarak dari informasi media agar tidak menelan informasi secara mudah yang menimbulkan kepanikan.

Aktivis media sosial, Enda Nasution mengatakan bahwa dalam kondisi seperti saat ini wajar jika semua orang berusaha mencari informasi sebanyak mungkin. Namun demikian masyarakat harus diarahkan bahwa informasi yang diakses harus berasal dari sumber resmi agar tidak terjadi misinformasi.

“Sekarang ini banyak informasi yang sifatnya salah atau misinformasi, bukan hoaks yang beredar, karena kita terlalu cepat menyebarkannya tanpa kita menunggu informasi itu bisa dikonfirmasi lagi. Contohnya, ada yang positif Covid-19 yang misalnya sudah kita sebarkan, ternyata belum 100 persen yakin karena ada tes berikutnya,” ujar Enda Nasution di Jakarta, Kamis (2/4).

Untuk itulah menurut Enda, perlunya peran dari pemerintah untuk mulai melakukan perbaikan terkait manajemen penanggulangan wabah Covid-19 ini sehingga tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.

“Tetapi dalam waktu yang cukup singkat ini saya melihat banyak perbaikan yang dilakukan pemerintah.  Di awal kita ingat informasi masih jalan sendiri-sendiri tidak satu pintu, tidak jelas siapa yang jadi juru bicara yang resmi, siapa yang bertanggung jawab. Tetapi sekarang itu semua sudah jelas, lalu kemudian sumber-sumber informasi juga melalui website sudah mulai bermunculan secara resmi, sehingga data itu sudah mulai terbuka untuk publik,” tutur Koordinator Gerakan #BijakBersosmed ini.

Alumnus Teknik Sipil ITB itu menyampaikan bahwa dari sisi komunikasi, pemerintah juga harus sudah memiliki strategi baik itu untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Hal ini untuk mengimbangi dan mengantisipasi apa yang terjadi di lapangan kedepannya. Karena pentingnya komunikasi ke publik untuk menenangkan masyarakat.

“Jadi kondisi ini penting rasanya untuk memiliki strategi tadi, lalu tentunya juga didukung dengan taktik dan metode yang selalu bisa di evaluasi setiap waktu. Hal ini untuk memastikan agar tidak terjadi kepanikan, kesalahpahamamn maupun tidak terjadi hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sumber-sumber resmi pemerintah,” kata pria yang juga dijuluki sebagai Bapak Blogger Indonesia itu.

Enda mengungkapkan bahwa saat ini juga sudah ada upaya swadaya dari masyarakat untuk mencoba mengklarifikasi informasi yang beredar dan menjadi penengah terhadap informasi yang krusial dengan membuat platform informatif untuk publik.

“Dari pemerintah seperti Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) itu membuat platform informasi juga, lalu dari swadaya masyarakat seperti Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan dari  Pemerintah Daerah seperti Jabar Saber Hoaks untuk mengklarifikasi informasi yang beredar juga sudah,” ungkap Enda yang juga Ketua Tim Jabar Saber Hoaks yang dibentuk Pemerintah Provisni Jawa Barat ini

Oleh karena itu masyarakat sebagai pengguna media sosial, menurutgnya juga harus bisa melakukan sesuatu dengan cara mendukung pihak-pihak tersebut. “Jadi mereka melakukan atau membantu penyebaran informasi yang memang kita percaya betul, informasi-informasi resmi, lalu kemudian juga tidak terlalu gampang untuk berkomentar negatif,” kata Enda.

Oleh karena itu Enda meminta agar masyarakat jangan terlalu gampang untuk berkomentar negatif terhadap upaya yang telah dilakukan pemerintah saat ini. Kalau merasa kesal atau frustasi boleh saja mengkritik, namun janganlah mengeluarkan pernyataan nyinyir yang terlalu cepat.

“Karena sekarang ini sepertinya kita terlalu mudah dan cepat untuk mengeluarkan kata yang menjelekkan siapapun seperti kepada Presiden atau Gubernur yang mana langkah yang telah diambil tentunya dengan niat yang baik. Janganlah menjelekkan usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh banyak pihak, baik itu pemerintah, tenaga kerja kesehatan, para dokter dan semua orang yang sedang berusaha untuk mencoba meredam dan membantu semua pihak ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Enda menyarankan agar jangan sampai rasa ketidaksukaan kita terhadap seseorang membuat kita gelap mata dan mengeluarkan kata-kata yang negatif. Karena hal seperti itulah yang malah meracuni atmosfer informasi yang ada sekarang.

“Kritik boleh, silakan, tapi ini situasinya dalam situasi yang tidak normal. Alangkah jauh lebih baiknya kalau kita bisa menahan diri lebih kuat untuk tidak nyinyir dahulu. Harusnya kita saling menyemangati dan saling menguatkan. Akan jauh lebih baik kalau memang kita bisa melakukan sesuatu di lapangan, tapi kalau tidak bisa, minimal kita bisa ikut menyebarkan informasi yang benar di sosial media,” terang Pria yang pernah bekerja sebagai Internet Marketing Strategist di Bangkok, Thailand ini.

Pria yang juga pelaku startup dan bertindak sebagai Eksekutif Direktur dari Gerakan Nasional 1000 Startup ini mengatakan bahwa untuk menghindari terjadinya misinformasi di masyarakat, pemerintah daerah juga perlu berkoordinasi yang jelas dan komando yang jelas dengan pemerintah pusat.

“Pemerintah daerah dan pusat perlu bekerja sama dan satu komando dalam memberikan informasi yang terpercaya dan paling bisa membantu masyarakat baik itu untuk menenangkan maupun juga untuk memberikan informasi bagaimana penanganan jika ada teman, keluarga maupun saudara kita yang terpapar atau dicurigai punya gejala dari COVID-19 ini,” katanya mengakhiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement