Jumat 03 Apr 2020 21:36 WIB

Cara Erick Thohir Jaga BUMN Tetap 'Sehat' di Tengah Pandemi

Erick Thohir berupaya memindahkan utang jangka pendek BUMN menjadi jangka panjang.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri BUMN Erick Thohir
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Menteri BUMN Erick Thohir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir menyebut dampak yang dialami perusahaan-perusahaan pelat merah akibat pandemi Covid-19 atau corona. Erick mengatakan  cashflow atau arus kas sejumlah BUMN pun terganggu akibat pandemi Korona.

"Cashflow Pertamina, PLN, akan terganggu karena kurs rupiah. PLN ada bonds Rp 350 triliun, sebagian besar dolar AS. Pertamina impor (minyak) dolar, jual dalam rupiah," ujar Erick saat rapat kerja virtual dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Jumat (3/4).

Baca Juga

Erick mengaku telah melakukan rapat dengan direksi Pertamina guna memastikan kelancaran arus kas Pertamina. Tak hanya Pertamina, sejumlah BUMN lain juga diharapkan pada kondisi utang jatuh tempo.

"Kita semua dalam proses negosiasi, tapi kalau (perusahaan) terbuka terberat ya Garuda karena sudah jatuh tempo tapi secara industri kolaps. Kalau yang lain di kita optimistis bisa restrukturisasi dan perpanjang," ucap Erick.

Tantangan berat juga dialami BUMN-BUMN karya hingga BUMN transportasi dan pariwisata seperti Angkasa Pura, ASDP, hingga Pelni. Erick mengaku sudah berdiskusi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memindahkan utang jangka pendek BUMN Karya dari bank-bank negara menjadi jangka panjang.

"BUMN karya proyeknya jangka panjang dibiayai Himbara jangka pendek. Kemungkinan kita akan coba utang jangka pendek dijadikan jangka panjang. Ibu Menkeu menyambut, biar infrastruktur berjalan baik," kata Erick.

Dampak pandemi corona, lanjut Erick, juga menyasar pada BUMN perbankan seperti Mandiri, BTN, BNI, dan BRI dengan potensi meningkatnya kredit bermasalah atau NPL (non performing loan) untuk bank-bank milik negara tersebut.

Dengan kondisi seperti ini, Erick memperkirakan target setoran dividen dari BUMN pada 2020 akan sukar terealisasi. Erick meyakini setoran dividen dari BUMN baru kembali normal pada dua tahun mendatang.

"Kondisi hari ini untuk dividen 2020 kemungkin kami meleset. Tahun 2021 pastinya jauh sekali karena sudah lihat dampak-dampak di banyak BUMN. Kita harapkan 2022 diharapkan kembali stabil," lanjut Erick.

Erick mengaku sudah mulai melakukan finalisasi pemetaan portofolio bisnis seluruh BUMN dan anak-cucu usaha BUMN. Langkah awal, Erick telah merampingkan 51 anak-cucu usaha dari Pertamina, Telkom, dan Garuda Indonesia. Erick akan meneruskan perampingan dengan tetap memerhatikan para karyawan yang bekerja di dalamnya.

"Kita memastikan harus juga bagaimana pekerja diutamakan tidak dikeluarkan, digabungkan usaha lain, diprioritaskam efisiensi dan memperkuat cashflow," lanjut Erick.

Kata Erick, Kementerian BUMN telah melakukan pemetaan BUMN berdasarkan portofolio bisnis sesuai arahan DPR. Pemetaan dilakukan berdasarkan paramater nilai ekonomi layanan publik. Erick menyebut pemetaan akan menentukan langkah dan strategi bagi Kementerian BUMN untuk memutuskan mempertahankan, mentransformasikan, mengkonsolidasikan, atau divestasi atau pelepasan perusahaan.

"(Hasil pemetaan) sebanyak 9,1 persen terindiskasi dipertahankan dan dikembangkan mengingat memiliki pangsa pasar yang tinggi. Lalu, 6,3 persen harus transformasi karena pangsa pasar baik, namun kinerja kurang (baik)," ucap Erick.

Erick menambahkan, 68 persen BUMN bakal dikonsolidasikan. Ia mengharapkan hal ini dapat meningkatkan pangsa pasar. Sementara, 8,2 persen bertugas memenuhi pelayanan publik lantaran memiliki kewajiban public service obligation (PSO).

"Terakhir, 8,2 persen harus divestasi atau dimitrakan. Ini masih dinamis, kami masih melakukan evaluasi mendalam, tidak hanya (dengan) kedua wamen tapi juga (dengan) deputi (Kementerian BUMN)," kata Erick menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement