REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru dua tahun belakangan ini, Karsidi (47), menjalani profesinya sebagai penjual koran keliling di Kota Semarang. Sebelum menjadi penjaja koran, ia menjalani pekerjaan sebagai pengumpul rongsok (barang bekas), bahkan ia sempat mengais rejeki dengan menjadi pengemis. Semua itu dilakukan demi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.
Setiap hari, seusai menunaikan salat Subuh, Karsidi mengayuh sepeda bututnya menempuh jarak 17 km untuk bisa tiba di perempatan lampu merah Kaligarang. Selama ini, bersama istrinya ia menempati rumah sederhana di Desa Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Jarak bukan penghalang baginya, karena ia sudah terbiasa menempuh puluhan kilometer untuk menjemput rezeki. Bagi orang normal tentu tidak terlalu berat, namun bagi sosok pria yang hanya memiliki satu kaki ini tentu bukan hal yang mudah.
Akibat kecelakaan kerja pada 1985, Karsidi harus kehilangan kaki kanannya dan memakai kaki palsu. Meski awalnya sempat merasa kecewa, namun ia mampu bangkit. Kondisi tubuhnya tak membuat kendur semangat Karsidi mencari nafkah untuk sang istri dan kedua anaknya.
Dengan penghasilannya yang hanya bekisar Rp 30.000 per hari, ia selalu bersyukur atas apa yang diperolehnya. Ia bahkan tak pernah absen menunaikan salat sebagai kewajibannya, meskipun diakuinya tak selalu berjamaah.
Baginya, meski tak punya uang banyak maupun keadaan tak sesempurna layaknya orang lain, namun iman dan takwa harus selalu ada dalam jiwa, karena itulah sejatinya pondasi untuk selalu bersyukur.
Di tengah wabah Corona yang sedang terjadi ini, Karsidi tak punya pilihan lain untuk tetap keluar rumah menjajakan koran jualannya kepada pengendara umum yang masih lalu lalang di jalanan. Semua ini dilakukan agar dapur di rumahnya tetap mengepul. Ia mengaku bahwa akhir-akhir ini koran jualannya tak pernah habis, sehingga pendapatannya pun jelas berkurang.
Karsidi adalah salah satu dari banyaknya potret masyarakat kecil lain yang sangat terdampak kebijakan social distancing (menjaga jarak). Sosok-sosok seperti Karsidi inilah yang mendorong semangat PPPA Daarul Qur'an untuk melawan Corona dan mencegah kemiskinan yang timbul akibat wabah ini.
Melalaui rilis yang diterima Republika.co.id, PPPA Daarul Qur’an berupaya membantu orang-orang seperti Karsidi. "Alhamdulillah, matur suwun sanget buat kebaikan semuanya yang sudah peduli sama orang-orang kayak saya ini. Saya doakan semoga rejekinya lancar dan selalu diberikan kesehatan,” tutur Pak Karsidi penuh ketulusan.