REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 3,18 juta tahun yang lalu, leluhur manusia purba yang disebut bernama Lucy berjalan di Bumi. Ia termasuk dalam spesies yang disebut Australopithecus afarensis, dengan ciri-ciri yang menjembatani kesenjangan antara manusia dan simpanse.
Lucy memiliki ukuran sekitar 3,5 kaki atau sekitar 105 cm dan 60 pound atau 30 kilogram. Fosilnya adalah beberapa yang paling terkenal dan dipelajari yang pernah ditemukan. Tetapi bagaimana otaknya bekerja?
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pekan ini di jurnal Science, dibandingkan dengan simpanse, otak manusia tiga kali lebih besar, diatur secara berbeda, dan matang untuk jangka waktu yang lebih lama. Dalam studi tersebut, para peneliti ingin memahami bagaimana manusia mencapai langkah sosial dan kognitif ini karena evolusi tidak jelas.
Jadi mereka melihat ke fosil tengkorak afarensis, beberapa milik orang dewasa dan lainnya milik anak-anak dan bayi, serta fosil balita bernama Selam. Meskipun otak tidak memfosil, bagian dalam tengkorak yang terpelihara dengan baik dapat membantu para peneliti mengambil petunjuk tentang seperti apa mereka.
CT scan tengkorak memungkinkan untuk melihat endocast, atau jejak otak pada bagian dalam tengkorak.
Lobus oksipital Afarensis, atau pusat visual otak, terletak di bagian depan tengkorak, mirip dengan kera modern. Pada manusia, ini terletak di bagian belakang otak.
Tetapi membandingkan tengkorak bayi dan dewasa menunjukkan lebih banyak pertumbuhan mirip manusia, dengan otak yang berkembang dalam periode waktu yang lama di masa kanak-kanak. Peneliti kemudian dapat menentukan bahwa sementara otak afarensis diorganisasikan mirip dengan kera, otak itu juga berkembang lebih lambat, seperti manusia.
"Lucy dan kerabatnya memberikan bukti penting tentang perilaku awal hominin. Mereka berjalan tegak, memiliki otak yang sekitar 20 persen lebih besar daripada simpanse, dan mungkin menggunakan alat batu tajam," kata Zeresenay Alemseged, rekan penulis studi dan profesor di bidang biologi organisme dan anatomi di University of Chicago.