REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghadapi wabah COVID-19, Kementerian Pertanian mengajak semua pemangku kepentingan perunggasan terus menjaga keseimbangan supply-demand ayam ras. Salah satu inisiatif yang akan dilakukan adalah mendorong integrator mengalokasikan CSR dalam bentuk karkas beku untuk didistribusikan kepada petugas medis dan masyarakat di wilayah terdampak wabah COVID-19.
"Kita sedang mendiskusikan rencana ini, semoga segera bisa kita realisasikan dalam rangka antisipasi dampak ekonomi dan sosial COVID-19," jelas I Ketut Diarmita, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di Jakarta, 4 April 2020.
Lebih lanjut, Ketut menerangkan langkah penting lain dalam rangka menjaga keseimbangan supply dan demand yakni Ditjen PKH akan terus mendorong integrator untuk mengoptimalkan pemotongan di RPHU, dengan cara menambah waktu operasional pemotongan menjadi 15 jam per hari dan menyimpan karkas frozen di cold storage. "Ini penting dilakukan sebagai upaya mengurangi peredaran livebird di pasar becek, sehingga stabilisasi harga livebird dapat tercapai," tambahnya.
Ketut juga mengatakan bahwa dalam rangka menjaga keseimbangan supply-demand ayam ras ini, Ditjen PKH telah menerbitkan Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Keswan Nomor 2669 tentang Pengurangan (cutting) Hatching Egg (HE) umur 19 hari pada bulan Maret sebanyak 17,5 juta butir kepada seluruh perusahaan pembibit.
"Realisasinya mencapai 22,8 juta butir atau 130,3 persen melebihi target. Ini secara langsung mengurangi produksi DOC FS sebanyak 21,6 juta ekor setara dengan daging ayam broiler pada bulan April sebanyak 23,8 ribu ton,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono mengatakan bahwa bersamaan dengan keluarnya Surat Edaran tersebut, dilakukan juga pelaksanaan tunda setting yang dimanfaatkan sebagai CSR perusahaan pembibit untuk didistribusikan ke sekolah, pesantren, dan masyarakat yang terdampak bencana wabah COVID-19. Menurutnya jenis telur untuk tunda setting adalah telur tetas fertil (tertunas) yang sebenarnya untuk ditetaskan namun layak untuk dikonsumsi.
"Selama bulan Maret telah terealisasi penyaluran telur tetas sebanyak 4,5 juta butir atau 45 persen dari target 10 juta butir, setara dengan pengurangan DOC FS sebanyak 3,6 juta ekor atau setara dengan daging ayam broiler sebanyak 4 ribu ton," katanya.
Berdasarkan potensi produksi, hasil cutting HE umur 19 hari dan tunda setting pada bulan Maret, maka terealisasi pengurangan DOC FS sebanyak 25,3 juta ekor atau setara dengan daging ayam broiler sebanyak 27,9 ribu ton. Implementasi kebijakan tersebut menjadikan potensi produksi daging ayam broiler bulan April sebanyak 340,9 ribu ton.
"Dengan perkiraan kebutuhan daging pada bulan April sebanyak 291,2 ribu ton, maka masih ada surplus sebanyak 49,7 ribu ton. Surplus ini akan sangat baik untuk dijadikan cadangan pangan terutama saat ada wabah Covid-19 ini" jelas Sugiono.
Pada Bulan Maret 2020, juga telah dilakukan afkir PS umur lebih dari 60 minggu oleh perusahaan pembibit dan terealisasi sebanyak 1,02 juta ekor PS betina (34,24 persen) dan 88,4 ribu ekor PS jantan (35,15 persen). Dari 27 perusahaan pembibit, saat ini baru 8 perusahaan yg sudah merealisasikan afkir PS (realisasi 8-69%).
"Kita telah layangkan surat teguran kepada seluruh perusahaan pembibit, agar segera melakukan kewajiban afkir PS umur >60 minggu sesuai SE Dirjen No. 2106/SE/PK.230/F/02/2020," tambahnya.
Adapun untuk bulan Mei, menurut Sugiono potensi produksi daging ayam broiler adalah sebanyak 332,7 ribu ton dengan kebutuhan sebanyak 305,2 ribu ton sehingga masih ada surplus sebanyak 27,5 ribu ton. "Kami pastikan untuk menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri, stok daging ayam mencukupi," katanya.