REPUBLIKA.CO.ID, HOOFDDROP -- Sekretaris Jenderal Serikat Pesepak Bola Profesional Dunia (FIFPro), Jonas Baer-Hoffmann, menyesalkan, penghentian Liga Pro Belgia. Menurutnya, penghentian kompetisi Liga Pro Belgia musim ini tersebut bisa menimbulkan gelombang pemecatan massal di industri sepak bola di Belgia.
Pada Kamis (2/4) waktu setempat, Federasi Sepak Bola Belgia (KBVB) dan penyelenggara Liga Pro Belgia, Pro League, sepakat menghentikan kompetisi pada musim ini. Penghentian kompetisi ini merupakan buntut dari dampak pandemi Covid-19. Sebelumnya, kompetisi teratas sepak bola Belgia itu sempat ditunda pada awal bulan lalu.
Dengan keputusan penghentian kompetisi, Pro League akhirnya menobatkan Brugge sebagai juara Liga Pro Belgia. Namun, langkah menghentikan kompetisi Liga Pro Belgia itu mendapat kecaman dari sejumlah pihak, tidak terkecuali dari FIFPro, yang menaungi sekitar 6.000 pesepak bola profesional di seluruh dunia.
Hoffmann mengaku terkejut dengan keputusan Liga Pro Belgia. Padahal, FIFPro selalu mendorong agar semua kompetisi domestik di Eropa pada musim ini bisa diselesaikan.
''Ada konsekuensi besar dari keputusan tersebut. Sebenarnya, sedari awal, kami berharap, otoritas penyelenggara kompetisi domestik tidak mengambil langkah tersebut,'' tutur Hoffmann seperti dikutip Reuters, Sabtu (4/4) WIB.
Hoffmann menyebut, salah satu konsekuensi terbesar apabila kompetisi dihentikan adalah klub-klub bakal kehilangan sumber pemasukan, yang berujung pada pengurangan pegawai, terutama pegawai-pegawai non-olahraga. Kondisi, kata Hoffmann, mungkin tidak langsung terjadi di liga-liga yang cenderung sudah stabil dan mapan.
Namun, di liga yang skalanya lebih kecil, penghentian kompetisi bisa langsung berdampak pada keuangan klub dan industri sepak bola di negara tersebut. Ancaman kebangkrutan pun menghantui klub-klub di kompetisi tersebut.
"Apabila ini mengarah ke kebangkrutan klub, maka dampaknya bukan hanya kepada pemain, tapi juga ribuan orang yang berada di belakang industri sepak bola. Ribuan orang di industri sepak bola profesional akan kehilangan pekerjaannya akibat kebijakan tersebut," kata Hoffmann.