Ahad 05 Apr 2020 16:23 WIB

Kisah Wabah Penyakit di Zaman Amr bin Ash

Amr bin Ash memerintahkan umat untuk tak berkumpul saat terjadi wabah penyakit.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Wabah Penyakit di Zaman Amr bin Ash. Foto: Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Kisah Wabah Penyakit di Zaman Amr bin Ash. Foto: Sahabat Nabi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis Patologi Klinik dari Univeristas Gajah Mada, dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK mengadakan kajian online terkait dengan mencegah virus corona (covid-19) dengan memperkuat Imun dan iman pada Sabtu (4/4). Ia mengatakan, penting bagi seseorang untuk memperkuat imun di dalam tubuh, bersamaan dengan memperkuat iman.

"Kita membutuhkan dari sisi medis, harus memperkuat imun, itu penting, dan tidak lupa para ulama dan ustad menyampaikan untuk memperkuat iman. Ini dua hal yang cukup penting. Dan cara mengahadapi corona yang paling penting itu dengan social distancing dan physical distancing," kata ahli kesehatan lulusan Pendidikan Spesialis Patologi Klinik dan S2 Ilmu Kedokteran Klinik FK UGM ini.

Baca Juga

Raehanul mengatakan, melalui social distancing, orang-orang diminta untuk menghindari kerumunan. Sedangkan dengan physical distancing, orang-orang diharapkan agar tidak terlalu berdekatan antara satu dengan yang lain, yakni dengan jarak minimal satu sampai dua meter.

Kemudian untuk mencegah virus corona selain dengan dua hal tersebut, masyarakat kini tidak perlu melakukan aktivitas di luar, sehingga lebih baik untuk di rumah saja. Apabila tidak ada keperluan yang penting, maka lebih baik di rumah.

Ia mengungkapkan, social dan physical distancing juga sudah diajarkan dalam islam. Dahulu di zaman khalifah Umar bin Khattab pernah terjadi wabah di Syam, pada saat itu gubernurnya adalah Abu Ubaidah, ia juga wafat terkena wabah. Selanjutnya gubenur yang kedua pun, Muaz bin Jabal juga terkena penyakit yang sama, dan beberapa sahabat nabi juga wafat.

Lalu posisi gubernur digantikan oleh Amr bin Ash. Kemudian ia menyerukan kepada kaum muslimin untuk tidak saling berkumpul. Hal ini disampaikan agar manusia dapat terhindar dari wabah yang tengah terjadi.

"Amr bin Ash beliau berkata kepada kaum muslimin, 'Wahai manusia sesungguhnya wabah ini seperti api yang menyala-nyala dan manusia yang berkumpul ini bahan bakarnya'. Kayunya semakin berkumpul (manusia) maka semakin keras, dan cara mematikan api ini harus dipisah. Maka berpencarlah ke gunung-gunung, social dan pyhsical distancing itu ajaran dari islam, dan di zaman beliau wabah sudah mereda," ungkap Raehanul.

Raehanul menyampaikan, para ulama telah menasehatkan agar umat percaya kepada takdir Allah, dan beriman kepada qada dan qadar. Apabila seseorang telah yakin, maka nantinya akan menimbulkan rasa tenang, dan tidak terlalu cemas berlebihan.

Hal tersebut juga sesuai dengan konsep penyembuhan dari dunia kesehatan. Disebutkan bahwa seseorang jangan sampai merasa cemas berlebihan, karena ini dapat menurunkan imunitas tubuh, dan memudahkan terkena virus.

"Memperkuat iman mumpung di rumah saja, kita isi dengan berbagai macam aktivitas, dengan zikir pagi-petang, shalat berjamaah di rumah, shalat duha, shalat malam, mengaji, kajian di rumah dan jarak jauh," kata dia.

Cara memperkuat iman yang paling mendasar, yakni dengan percaya kepada takdir Allah. Manusia harus percaya apa pun yang ditakdirkan kepadanya, hal itu merupakan yang terbaik, dan penuh hikmah. Setelah percaya kepada takdir, maka ini akan menimbulkan ketenangan dalam diri manusia.

"Para ulama menjelaskan, sumber kesusahan kita ada dua, pertama kejadian di masa lampau yaitu depresi, dan cemas atas kejadian di masa datang. Kalau kita beriman, apa pun itu, wabah sudah terjadi, kita saling mencela, memaki wabah, menyesalkan, apakah ini akan berubah? tidak mungkin. Ini telah Allah takdirkan, mungkin menghapuskan dosa, salah satu hikmahnya bumi beristirahat dari polusi dan eksploitasi manusia, ini pasti ada hikmah," papar Raehanul.

Di samping itu, manusia juga dapat berusaha menghindari wabah dengan memakai alat pelindung, masker, dan lainnya, namun apabila tetap terkena virus corona, ini merupakan takdir yang telah ditetapkan. Raehanul mengatakan, hal tersebut merupakan skenario terbaik, beberapa orang juga sudah banyak yang meninggal, namun ini bisa jadi merupakan takdir yang terbaik.

"Kita tidak tahu, siapa tahu itu takdir terbaik. Sakit sebagai penghapus dosa, pahala mati syahid, itu banyak, yang mendahului lebih selamat sedangkan kita masih belum jelas, belum pasti. Yang terpenting sudah mengambil asbab, sebab-sebab sudah ditempuh, selebihnya serahkan kepada Allah," ucap Raehanul.

Sementara itu, untuk memperkuat imun tubuh dapat dengan mengonsumsi makanan bergizi, dan gizi yang seimbang, sesuai dengan panduan Piring Makanku dari Kementerian Kesehatan. Kemudian tidur cukup selama 6-8 jam, tidur bukan karena lama durasinya, namun kualitasnya, lalu berolahraga, dan minum vitamin.

Raehanul mengungkapkan, untuk mengonsumsi vitamin diminta jangan berlebihan, karena sejumlah apotek sampai kehabisan vitamin. Kebutuhan vitamin seseorang tidak banyak, cukup dengan makanan berimbang, namun dalam keadaan tertentu memang membutuhkan vitamin tambahan, seperti pekerja keras, olahraga berat, sakit dan dalam kondisi wabah.

Seseorang tidak perlu mengonsumsi semua vitamin, karena ini akan berpengaruh buruk pada ginjal. Kebutuhan manusia hanya 70-75 miligram, sementara vitamin yang dijual bisa mencapai 500-1.000 miligram, terkadang juga diminum beberapa kali dalam sehari. Raehanul mengatakan, satu orang cukup minum vitamin satu kali, kemudian juga minum air putih yang banyak, dan terus bergerak.

"Vitamin gak semuanya diserap, penyerapan tergantung dengan kebutuhan tubuh, jangan sampai berlebihan, dan yang paling penting vitamin alami dari jeruk, cabai, dari sumber-sumber alami, tidak sampai ngeborong. Kemudian untuk meningkatkan imun jangan sering baca berita tentag covid-19. Baru buka Whatsapp corona, ini setiap hari, dan tidak semuanya ini valid, yang justru menimbilkan kekhawatiran," ucap Raehanul.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement