Ahad 05 Apr 2020 16:47 WIB

Covid-19 akan Pengaruhi Penerbitan Sukuk Global

Penerbitan sukuk diproyeksi tetap stabil sekitar 180 miliar dolar AS tahun ini.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
 Penerbitan sukuk diproyeksi tetap stabil sekitar 180 miliar dolar AS tahun ini. Sukuk (ilustrasi)
Foto: theentrepreneur.my
Penerbitan sukuk diproyeksi tetap stabil sekitar 180 miliar dolar AS tahun ini. Sukuk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Keuangan Syariah diproyeksikan akan tetap berkembang pada 2020. Namun, lembaga pemeringkat global, Moody's memprediksi risiko penurunan disebabkan wabah Covid-19.

VP Senior Credit Officer Moddy's, Nitish Bhojnagarwala, menyampaikan penerbitan sukuk diproyeksi tetap stabil sekitar 180 miliar dolar AS tahun ini. Pasar asuransi syariah juga akan stabil karena masuk ke pasar baru.

Baca Juga

"Namun, risiko penurunan pertumbuhan jadi meningkat karena wabah corona," kata dia dilansir Gulf News, Sabtu (4/3).

Seiring dengan ketidakstabilan pasar yang berlanjut, sejumlah penerbit bisa membatalkan penerbitan. Lembaga rating ini memperkirakan pertumbuhan stagnan penerbitan sukuk global tahun ini.

Tahun lalu, jumlahnya sudah meningkat 36 persen sejak 2018 menjadi 179 miliar dolar AS. Moody's juga memprediksi penerbitan sovereign sukuk global jangka panjang akan tumbuh moderat pada 2020, melanjutkan pertumbuhan dalam beberapa tahun sebelumnya.

Moody's menyebut, penerbitannya bisa naik sekitar 75 miliar dolar AS, naik dari 71 miliar dolar pada 2019. Jumlahnya bisa lebih tergantung harga minyak dan permintaan pasar.

Menurut Moody's, penetrasi keuangan syariah di negara teluk Gulf Cooperation Council (GCC) meningkat jadi 44 persen pada September 2019 sejak satu dekade lalu. Pada Desember 2009, penetrasi atau keuangan syariah GCC sekitar 32 persen.

Kontributor utamanya adalah permintaan layanan syariah dari segmen ritel. Pertumbuhan pembiayaan signifikan sekitar 6,2 persen per tahun sejak tiga tahun terakhir.

Sementara pertumbuhan kredit konvensional hanya sektiar 4,5 persen. Bhojnagarwala mengatakan, selain permintaan pasar, ada juga dukungan dari regulator pemerintah yang proaktif, juga banyaknya merger dan akuisisi sehingga meningkatkan aset. "Di GCC, ada banyak aksi akuisisi dan konsolidasi dalam dua tahun terakhir," katanya.

Di beberapa kasus, bank syariah mengakuisisi bank konvensional dan bergabung untuk bertahan. Ini secara signifikan meningkatkan basis aset keuangan syariah global.

Salah satu contoh adalah merger bank Barwa dan International Bank of Qatar pada April 2019. Masing-masing adalah bank syariah ketiga dan keenam terbesar di Qatar dengan total pangsa pasar enam persen pembiayaan dan aset sekitar 22 miliar dolar AS.

Di Kuwait, merger dilakukan oleh Kuwait Finance House dan Ahli United Bank yang berbasis di Bahrain. Jika proses penggabungan selesai, mereka akan jadi bank syariah yang terbesar di dunia, melebihi Al Rajhi milik Arab Saudi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement