Senin 06 Apr 2020 08:55 WIB

Produksi Padi Sukabumi Mampu Penuhi Kebutuhan 10 Bulan

Produksi padi di Kabupaten Sukabumi pada awal 2020 surplus hingga 30 ribu ton.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Friska Yolandha
Produksi padi di Kabupaten Sukabumi pada awal 2020 surplus hingga 30 ribu ton. Pencapaian ini menyebabkan pasokan padi untuk warga Sukabumi aman hingga sepuluh bulan ke depan jika tidak dijual keluar.
Foto: Kementan
Produksi padi di Kabupaten Sukabumi pada awal 2020 surplus hingga 30 ribu ton. Pencapaian ini menyebabkan pasokan padi untuk warga Sukabumi aman hingga sepuluh bulan ke depan jika tidak dijual keluar.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Produksi padi di Kabupaten Sukabumi pada awal 2020 mengalami surplus hingga 30 ribu ton. Pencapaian ini menyebabkan pasokan padi untuk warga Sukabumi aman hingga sepuluh bulan ke depan.

"Panen padi sudah mulai Februari dan Maret hingga April sekarang," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi Sudrajat kepada Republika.co.id, Senin (6/4). 

Baca Juga

Pada April 2020, luasan yang panen mencapai 12 ribu hektare. Dari jumlah itu, produksi padi bisa surplus hingga 26 ribu hingga 30 ribu ton. Hal ini belum ditambah hasil panen pada Februari dan Maret lalu.

"Ketersediaan beras 10 bulan ke depan aman kalau asumsi beras tidak dijual keluar Sukabumi," kata Sudrajat. Sehingga, kini pemda tengah mengkondisikan petani dan pedagang beras tidak menjual ke luar daerah dan hanya di sekitar Sukabumi. Hal itu untuk menjaga persediaan serta mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, khususnya kata Sudrajat dalam menghadapi pandemi Covid-19 atau Corona. 

Namun di sisi lain, petani bunga di Kabupaten Sukabumi mengalami kerugian besar akibat terdampak pandemi Covid-19 atau Corona. Sebab saat ini permintaan bunga menurun drastis akibat dilarangnya resepsi pernikahan.

"Petani bunga terpaksa membuang bunganya, dalam seminggu beberapa puluh juta rupiah kerugian yang dialami," ujar Sudrajat. 

Produksi bunga Sukabumi biasanya dipasok ke pasar bunga di Jakarta dan daerah sekitarnya. Sebagian besar dijual untuk kepentingan dekorasi resepsi pernikahan. Namun sejak dua bulan terakhir dengan diterapkannya larangan resepsi pernikahan karena mengumpulkan massa banyak maka permintaan bunga menurun drastis.

Oleh karena itu ungkap Sudrajat, pemkab berupaya mencari solusi agar petani bunga bisa menjual bunganya. "Ke depan disiasati, kami akan mengadakan kegiatan peduli bunga kepada para petani dalam kondisi sekarang," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement