Senin 06 Apr 2020 11:49 WIB

Tertekan Corona, Bank AS Kemungkinan Tetap Bayar Dividen

Pembayaran dividen diberikan di tengah pandemi berpotensi meningkatkan kredit macet.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
The Federal Reserve. Bank-bank Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan diizinkan untuk terus membayar dividen kepada pemegang saham.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
The Federal Reserve. Bank-bank Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan diizinkan untuk terus membayar dividen kepada pemegang saham.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank-bank Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan diizinkan untuk terus membayar dividen kepada pemegang saham. Informasi ini disampaikan beberapa orang yang akrab dengan permasalahan tersebut, seperti dilansir Bangkok Post, Senin (6/4).

Kebijakan pembayaran dividen diberikan di tengah pandemi virus corona (Covid-19) yang berpotensi menyebabkan tumpukan kredit macet, sehingga dapat melemahkan pemberi pinjaman. 

Baca Juga

Beberapa mantan regulator AS mengatakan, Federal Reseve harus memerintahkan bank-bank terbesar untuk menunda pembayaran. Arahan ini guna mempertahankan modal di tengah tekanan akibat Covid-19 yang mengancam pengangguran dan menciptakan krisis ekonomi yang lebih parah dibandingkan 2008.

Mantan Pimpinan The Fed Janet Yallen mengatakan, apabila semuanya berjalan dengan baik, bank-bank dapat mendistribusikan pendapatan di kemudian hari. "Jika tidak, mereka harus punya buffer yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan kredit ekonomi," tuturnya.

Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Inggris telah menekan bank-bank untuk berhenti menggunakan modal mereka dalam melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah The Fed akan melakukan kebijakan serupa di AS.

Tapi, para pejabat The Fed kemungkinan tidak akan melakukan langkah yang sama, setidaknya dalam waktu dekat. Mereka melihat perbedaan utama dalam bagaimana pemberi pinjaman menditribusikan modal di keuda benua. Mereka berencana melakukan analisis dalam terhadap kesehatan sistem perbankan AS, menurut berbagai sumber.

Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester, mengatakan, ia lebih suka menunggu hasil ‘stress test’  bank pada Juni sebelum memutuskan apakah mereka akan membatasi pembayaran atau tidak. Tes ini digunakan untuk menilai kemampuan perbankan dalam pemberian pinjaman di tengah krisis.

Bank-bank diminta untuk menyerahkan rencana yang menggambarkan langkah mereka dalam menghadapi kemungkinan resesi dalam dan upaya mempertahankan modal cukup pada Senin. Bank sentral akan mengumumkan hasil tes pada Juni.

Mester menjelaksan, tes tersebut dapat memberikan gambaran lebih luas mengenai kebutuhan modal. "Preferensi saya, kita harus menunggu tes stres tersebut. Tapi, orang yang berbeda mungkin memiliki pendapat berbeda," ujarnya dalam sebuah wawancara, Kamis (2/4).

Untuk diketahui, setiap keputusan dalam menghentikan dividen berada dalam tangan lima anggota Dewan Gubernur Federal Reserve. Presiden The Fed tidak memiliki suara.

Proses panjang ini bukan tanpa sebab. Bank sentral AS mungkin takut, menghentikan dividen sekarang akan sama saja dengan mengirimkan sinyal kepada pasar bahwa mereka belum memiliki solusi untuk mengatasi tekanan pada sistem perbankan.

Direktur penelitian untuk Janney Montgomery Scott LLC, Christoopher Marinac mengatakan, meminta bank-bank untuk menunda pembayaran dividen hanya menyakiti perbankan. Ia menggambarkannya, ‘menendang mereka di tulang kering’ mengingat di saat bersamaan, pemerintah juga mengandalkan perbankan dalam memberikan pinjaman.

Marinac memperkirakan, bank-bank besar dan menengah akan membagikan dividen sekitar 54 miliar dolar AS untuk sepanjang 2020 atau sekitar 13,5 miliar dolar AS per kuartal.

Sementara itu, bank-bank telah mengisyaratkan rencana mereka untuk tidak memotong dividen. "Dari sudut pandang kami, dividen kami bagus dan kami berencana untuk terus membayarnya," ujar CEO Citigroup Inc. Michael Corbat, Rabu (1/4), dalam sebuah wawancara di CNBC.

Mantan Gubernur Fed Jeremy Stein memuji gerakan cepat dari bank sentral untuk mendukung fungsi pasar dengan memberi pinjaman secara agresif dan membeli sejumlah sekuritas. Tapi, ia menyalahkan regulator karena tidak bebruat lebih banyak dalam meningkatkan kemampuan bank untuk menghadapi tekanan sekarang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement