REPUBLIKA.CO.ID, oleh Iit Septyaningsih, Ali Mansur, Indira Rezkisari, Antara
Krisis alat pelindung diri atau APD masih terus terjadi di Indonesia. Bahkan kekurangan APD juga terus dirasakan di hampir semua negara yang berurusan dengan virus corona jenis baru atau Covid-19.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, berbagai negara saat ini mengalami kelangkaan bahan baku APD. Bahkan, dunia tengah berebutan bahan baku APD.
"Seluruh dunia saat ini berebutan bahan baku APD. Baik negara maju juga mengalami kelangkaan," ujar Bahlil melalui siaran pers, Senin, (6/4).
Ia melanjutkan, bahan baku yang diperebutkan tersebut, utamanya dari Korea Selatan dan China. Persaingan tinggi antarpengusaha dalam memperoleh bahan baku pun tidak bisa dihindarkan.
BKPM menegaskan, tidak ingin produsen dipersusah oleh siapa pun. "Jadi yang sengaja mempersusah produsen APD akan kita sikat. Mereka produksi saja sudah syukur sebab bahan baku yang berkualitas sangat langka," tegas Bahlil.
Dia mengatakan, untuk distribusi APD, pemerintah akan memprioritaskan kebutuhan domestik dan akan disalurkan ke berbagai rumah sakit di seluruh Tanah Air. "Prioritas kita di dalam negeri," ujar dia.
Untuk memenuhi kebutuhan APD dalam negeri, anggota Komisi VI DPR RI, Nasim Khan, mengajak seluruh pelaku Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia memaksimalkan kreativitas memacu produksi APD berupa masker dan baju hazmat. "Para pelaku UMKM dan IKM di daerah untuk memaksimalkan kreativitasnya untuk memproduksi APD, masker dan lainnya," kata Nasim Khan.
Nasim juga mengajak seluruh elemen bangsa merangkul para pelaku UMKM dan IKM di Indonesia untuk mengatasi kelangkaan APD yang saat ini sangat dibutuhkan oleh para medis yang menangani pasien Covid-19. Apabila pelaku UMKM dan IKM diberdayakan, kata Nasim Khan, harapannya bisa mencukupi kebutuhan APD di Indonesia, menekan angka penyebaran Covid-19 di lingkup tenaga medis, serta membantu para pelaku UMKM dan IKM mengembangkan usaha.
"Hilangkan pikiran kepentingan golongan dan politik, saatnya kita bersatu untuk Indonesia," kata dia.
Wakil Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat PKB itu optimistis dengan kemampuan pelaku UMKM dan IKM Indonesia memenuhi kebutuhan APD secara cepat dan berkualitas apabila didukung oleh seluruh sektor terkait. Nasim meminta dukungan pemerintah untuk memberikan pelatihan serta insentif agar hasil produksi pelaku UMKM dan IKM itu bisa sesuai dengan standar nasional Indonesia.
"Saya juga berharap semua pihak, khususnya pemerintah di kementerian bisa memberi pelatihan dengan maksimal dan membeli, mengambil hasil karya mereka semua sesuai standar umum (yang berlaku)," ujar Nasim.
Pemerintah juga harus mempercepat pengadaan APD. “Kami banyak menerima pengaduan dari berbagai pihak terutama pengelola rumah sakit dan tenaga medis yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan APD. Padahal, jumlah pasien positif terus mengalami kenaikan di berbagai daerah,” ujar anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Amin Ak dalam pesan singkatnya.
Lanjut Amin Ak, jika pun ada di pasaran, harganya sangat mahal sehingga kondisi tenaga medis saat ini kian terancam keselamatannya. Kemudian juga para tenaga medis sulit mendapatkan alkohol, disinfektan, dan hand sanitizer yang merupakan hal penting untuk membersihkan diri dari virus.
“Harus ada terobosan agar semua kebutuhan tersebut tersedia dan terjangkau di lapangan. Para dokter dan tenaga medis yang berjibaku melawan Corona bukan hanya di rumah sakit-rumah sakit besar, namun hingga ke rumah sakit kecil di daerah bahkan klinik pribadi," tegas politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Menurut Amin Ak, para tenaga medis dan masyarakat sudah cukup lama mengeluhkan APD dan bahan-bahan pembersih medis tersebut. Maka produksi massal APD sudah sangat mendesak, bukan hanya untuk melindungi tenaga medis namun juga untuk menekan harga dipasaran yang melambung tinggi.
Oleh karena itu Amin meminta pemerintah mengendalikan harga APD ke tingkat yang wajar agar pihak rumah sakit dan klinik mampu membeli untuk melindungi tenaga medis. Selain mengandalkan perusahaan swasta dalam memproduksi APD, Kementerian BUMN untuk menugaskan sejumlah BUMN strategis dalam memproduksi APD ini.
Selanjutnya, Amin menyoroti BUMN Kimia Farma yang tidak memproduksi masker dan hanya mengandalkan pihak ketiga sebagai pemasok. Harusnya, kata Amin, dalam kondisi darurat seperti sekarang ini, tidak bisa lagi melakukan bisnis seperti biasa. BUMN harus bisa bergerak cepat karena kondisinya sudah darurat.
Amin juga mendesak Kementerian BUMN untuk menugaskan sejumlah BUMN strategis untuk memproduksi ventilator (alat bantu pernafasan) karena kebutuhannya saat ini sangat tinggi. "Tidak perlu ventilator canggih, yang penting berfungsi baik dan bisa digunakan oleh pasien," lanjutnya.
Kementerian Perindustrian diminta memaksa industri otomotif berpartisipasi aktif memproduksi ventilator, seperti yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat. Angka kematian tinggi, salah satunya karena minimnya ventilator yang dimiliki rumah sakit-rumah sakit di berbagai daerah.
Peningkatan angka penderita Covid-19 telah membuat Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengingkatkan kemungkinan langkanya APD. Penyebab kelangkaan APD adalah panic buying, penimbunan, atau penyalahgunaan yang tidak tepat.
WHO mengatakan dalam situsnya terbatasnya akses tenaga medis ke sarung tangan, masker medis, respirator, pelindung mata, pelindung wajah, gaun, dan apron telah meningkatkan risiko ke para pelayan kesehatan. "Tanpa pasokan yang pasti, risiko tenaga kesehatan di seluruh dunia sangat nyata. Industri dan pemerintah harus bergerak cepat untuk meningkatkan pasokan, memudahkan izin dan mengambil langkah untuk menghentikan penimbunan dan aksi spekulan. Kita tidak bisa menghentikan Covid-19 tanpa melindungi tenaga medis," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Sejak awal Covid-19 harga-harga APD melonjak. Masker medis dicatat WHO naik enam kali lipat harganya. Sedang masker N95 naik tiga kali lipat dan gaun medis harganya naik dua kali lipat. Sedang sisa stok seringkali dijual ke mereka yang sanggup membayar dengan harga tertinggi.
WHO saat ini sudah mengirimkan lebih dari 500 ribu set APD ke 47 negara. Tapi jumlah kebutuhannya terus meningkat.
WHO memperkirakan dunia membutuhkan 89 juta masker medis untuk berkutat melawan Covid-19 setiap bulannya. Untuk sarung tangan jumlah kebutuhannya mencapai 76 juta, sedangkan goggles atau perlindungan mata membutuhkan 1,6 juta unit per bulan.
Untuk memenuhi kebutuhan APD, WHO menyarankan setiap negara meningkatkan kemampuan produksinya hingga 40 persen. Pemerintah diminta memberikan insentif untuk meningkatkan produksi. Termasuk memberi kemudahan ekspor dan distribusi APD dan suplai medis lainnya.