Senin 06 Apr 2020 14:57 WIB

Ungkapkan Cinta di Antara Pagar Pembatas

Perbatasan Jerman dan Swiss dipisahkan tembok tinggi sejak wabah Covid-19 melanda

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Kawasan populer di Berlin, Jerman, Checkpoint Charlie tampak sepi, Rabu (25/3). Jerman melakukan pembatasan kehidupan publik dan meminta warga ada di rumah karena Covid-19. Perbatasan Jerman dan Swiss dipisahkan tembok tinggi sejak wabah Covid-19 melanda. Ilustrasi.
Foto: AP
Kawasan populer di Berlin, Jerman, Checkpoint Charlie tampak sepi, Rabu (25/3). Jerman melakukan pembatasan kehidupan publik dan meminta warga ada di rumah karena Covid-19. Perbatasan Jerman dan Swiss dipisahkan tembok tinggi sejak wabah Covid-19 melanda. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KREUZLINGEN -- Kota Constance, Jerman dan kota Kreuzlingen, Swiss harus terpisah dengan pagar tinggi untuk memisahkan wilayah. Hal ini terjadi saat kedua negara itu menutup perbatasan untuk memperlambat penyebaran virus corona.

Di sebuah taman di garis pantai Danau Constance, penduduk kedua kota biasanya bergerak bebas melintasi garis perbatasan. Namun, semuanya telah berubah. Kebanyakan orang Jerman tidak bisa datang ke Swiss, kebanyakan orang Swiss dilarang menuju Jerman.

Baca Juga

Penutupan ini membuat banyak orang dari kedua negara kesulitan untuk saling terhubung. Mereka akhirnya saling bertemu dengan terpisahkan pembatas berupa pagar besi dua lapis yang tinggi untuk sekadar melepas rindu dan mengatakan "Aku mencintaimu".

Dominik Loroff yang berkendara tiga jam dari Munich untuk bertemu Michele Graf-Ludin dari Winterthur, 50 menit perjalanan di Swiss. Mereka telah membaca tentang keberadaan pagar itu dan memutuskan bertemu untuk berbagi cokelat yang dilemparkan dengan cepat ketika polisi perbatasan tidak melihat.

"Sungguh menyedihkan, ketika Anda mempertimbangkan nasib individu. Jika itu hanya satu pagar saja, itu akan baik-baik saja. Pagar kedua itu tangguh," kata Loroff.

Kondisi serupa pun terjadi pada Jean-Pierre Walter yang tinggal di Swiss dan pasangannya Maja Bulic  yang berada di Jerman. "Ini adalah satu-satunya kesempatan kami untuk berdiri berhadapan satu sama lain, berhadapan muka," kata Walter yang berkendara satu jam dari Zurich untuk melihat Bulic.

Meski harus berjuang agar bisa bertemu, Walter rela melakukannya agar bisa bertemu kekasihnya. "Setidaknya kita bisa berbicara satu sama lain. Itu sesuatu," ujarnya.

Selama berminggu-minggu, keduanya telah saling bertukar pembicaraan melalui telepon atau berbicara melalui FaceTime. Namun, serat optik bukan pengganti dari daging dan darah.

"Pada titik tertentu, Anda harus melihat seseorang secara langsung. Ini sulit, tapi aku tahu suatu hari nanti akan berbeda," kata Bulic yang menyetir dua jam dari dekat Heidelberg.

Tempat pertemuan keduanya ada tanah tak bertuan yang merupakan rute penghalang berduri yang membelah Swiss dan Jerman selama Perang Dunia Kedua dan telah dihapus sejak lama. Sejak pandemi memasuki kedua negara, tempat itu berpagar dan menjadi tempat pertemuan orang-orang.

Swiss tidak berada di Uni Eropa, tetapi perjanjian memungkinkan warga negara Swiss dan blok untuk melakukan perjalanan pada waktu normal. Ketika virus corona menyebar, pemerintah menekan lalu lintas perbatasan.

Pada pembatasan pertengahan Maret, pagar yang dipasang hanya satu lapis untuk memisahkan wilayah kedua negara. Namun nyatanya itu tidak cukup mencegah warga melakukan pembatasan fisik dengan tetap berhadapan secara dekat. Padahal, saran yang dianjurkan perlu jarak dua meter antar-individu selama pandemi terjadi.

Kondisi ini membuat pejabat wilayah akhirnya memberi pagar kedua di sisi lain pada pekan ini. Kondisi ini membuat antara pagar berjarak dan menahan orang-orang yang berhadapan secara langsung.

Pejabat Kreuzlingen mengatakan tentang keputusan itu karena terlalu banyak orang tidak mematuhi aturan. Polisi perbatasan Swiss yang diperkuat oleh Tentara Swiss berpatroli di wilayah Swiss. Mobil patroli polisi federal Jerman sesekali membuat putaran sebaliknya.

Meski pembatasan pagar dilakukan agar warga masing-masing negara tidak berdekatan, keputusan ini bagi orang Jerman cukup bernada berbeda. Jerman pernah mengalami pemisahan dengan menggunakan dinding untuk wilayah Timur dan Barat dan kondisi sama kembali terjadi di wilayah mereka, meski kasusnya saat ini dengan Swiss.

"Rasanya seperti di penjara," kata Veronica Campanile, seorang penduduk Constance bertemu teman-teman dari pihak Kreuzlingen.

Virus corona telah menewaskan 559 orang dan menginfeksi 21.100 di Swiss. Sementara di Jerman jumlah korbannya 1.342 meninggal dan hampir 92 ribu terinfeksi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement