REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim diharuskan menghormati dan mencintai keluarga Rasulullah SAW (ahlul bait), tak terkecuali istrinya, Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah. Namun, hal tersebut nyatanya tidak berlandaskan pada kekerabatan Rasulullah saja, melainkan juga telah menjadi perintah dari Allah SWT.
“Katakanlah wahai Muhammad, tiada Aku minta suatu balasan melainkan kecintaan kalian pada kerabatku.” (QS 42.23).
Hal tersebut juga ditegaskan oleh ulama dan keturunan nabi dari hadramaut, Sayyid Abdullah Alawi Al-Haddad (1634-1720 M) dalam kitabnya yang berjudul Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah.
Dalam kitab tersebut, diterangkan, ahlul bait memiliki kemuliaan tersendiri, dan Rasulullah telah menunjukkan perhatiannya yang besar. Bahkan, disebutkan juga Beliau berulang-ulang berwasiat dan mengimbau agar umatnya mencintai dan menyayangi mereka.
Tak hanya itu, dalam buku tersebut juga menegaskan kembali ayat terkait perintah Allah kepada Rasulullah untuk menyerukan pada umatnya agar mencintai keluarga dan kerabat Rasulullah. Ustadz Zaitun Rasmin juga menyebut hal serupa.
Menurut dia, ada berbagai cara untuk menghormati keluarga dan salah satu istri nabi, Aisyah Radhiyallahu Anha. Namun demikian, dia mengkhususkan, jika cara menghormati tersebut dengan cara menggambarkannya, harus sesuai dengan hadits yang shahih.
Membicarakan lagu Aisyah yang sangat menggambarkan sosoknya, Ustadz Zaitun juga mempertanyakan hal tersebut, utamanya kedipan mata dari penyanyi yang mengcover lagu tersebut. Menurut dia, penggambaran fisik seperti pipi merah bisa diungkapkan karena memang ada dalam hadits yang shahih.
Namun demikian, penggambaran fisik yang dimaksud akan haram maknanya jika niat tersebut bermaksud merendahkan dan mengejek atau bahkan melecehkan istri, keluarga dan para sahabat Rasulullah. “Humairah (kemerahan) itu memang ada dalam hadits,” kata dia ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (6/4).
Dia menambahkan, sebagai umat Muslim, ada banyak adab untuk mengenang dan menghormati keluarga Nabi Muhammad SAW, namun demikian ada beberapa yang ia sebut penting. Pertama, harus selalu menyebutkan penghormatan kita dalam doa, dengan kata Radiyallahu (anha/anhu) di belakang nama masing-masing atau, sematkan kata anhum bila menyebutkan beberapa sekaligus untuk (mereka).
Kedua, harus meneruskan adab untuk menyebutkan berbagai kebaikan-kebaikan dan sifat yang baik dari mereka. Terlebih, jasa-jasa mereka pada umat dan agama.
“Ketiga, tidak menyebutkan kekurangan mereka, baik dengan niat merendahkan atau menyindir, bahkan dengan niat seperti itu juga,” ujar dia.
Mengutip buku Energi Zikir dan Salawat Nabi karangan Syekh Hisyam Kabbani menyebutkan, ada sekitar 60 hadits mengenai keutamaan keluarga Nabi SAW. Bahkan, dikatakan juga Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Baihaqi, Tabrizi dan sejumlah hadits lainnya mempersembahkan seluruh bab dan kumpulan hadits shahih mereka untuk membahas topik tersebut.
Dalam pemaparan buku itu, diterangkan juga ada arti dalam keluarga, kerabat dan istri. Hal tersebut ditunjukkan dalam Ahl dan Âl yang memiliki arti sama.
Dalam lisan al-Arab lanjutnya, disebutkan juga Âl berarti Ahl dalam semua arti 'keluarga, kerabat dan istri.' Namun demikian, masih di buku yang sama, Ibn Manzhur berkata bahwa Âl diucapkan lebih halus, dan memiliki arti yang sama, yaitu, Ahl a-Bayt: Keluarga, Âl al-Nabi: Keluarga Nabi, Umat, Al-Bayt al-Nabi: Keluarga dalam rumah tangga Nabi, dan Itrat al-Nabi: (orang-orang) dalam jubah Nabi.
Dengan demikian, menunjukkan adab dan menghormati istri serta keluarga Nabi SAW merupakan hal yang wajib. Namun, yang perlu diperhatikan adalah penggambaran yang sesuai dengan hadits shahih.