REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wabah covid-19 yang mulai menjangkiti negara Indonesia sejak bulan Februari berdampak buruk bagi perekonomian negara. Menurut Ketua Perkumpulan Peternak Agro Makmur Farm, Deki Neriawan, salah satu usaha yang terimbas Covid-19 ini adalah peternakan ayam.
Berdasarkan survei pasar, harga daging ayam dipasar basah berkisar antara Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu/ kg Karkas. Namun, harga ayam dari kandang per tanggal 3 April 2020 hanya berkisar antara Rp 5.500 sampai Rp 8.000 / kg diwilayah pulau Jawa.
"Tentu ini menjadi pukulan telak bagi peternak rakyat. Karena, harga pokok produksi perkilo daging berkisar antara Rp 18 ribu sampai dengan Rp 19 ribu," ujar Deki kepada wartawan dalam Diskusi terkait Dampak Covid-19 pada Peternakan yang digelar melalui online, Senin (6/4).
Deki mengatakan, jika kondisi ini berlanjut sampai 2 pekan kedepan, maka bisa dipastikan seluruh peternak rakyat akan gulung tikar. Kondisi tersebut, akan diikuti gelombang PHK secara besar. Berdasarkan hitungannya, pekarja di peternakan rakyat ini melibatkan 12 juta karyawan.
"Sebagian besar pelaku usaha perunggasan skala rakyat memandang pemerintah tidak bersikap bijak pada usaha perunggasan dan terkesan tutup mata dalam menghadapi gejolak ekonomi sektor pangan tersebut," katanya.
Kondisi ini, kata dia, diperparah dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB) sejak Maret lalu tanpa diimbangi solusi yang berpihak pada rakyat secara umum dan pelaku usaha perunggasan secara khususnya. Menurut dia, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memasukan livebird dan karkas ayam sebagai program kartu sembako untuk masyarakat terdampak covid-19. Hal ini bisa dilakukan dengan kerja sama pada peternak rakyat melalui harga acuan permendag No 7/2020.
"Pemerintah tutup mata. Disituasi seperti ini seharusnya pemerintah hadir diantara peternak dan masyarakat (konsumen) agar peternak mampu bertahan dan masyarakat pun tercukupi kebutuhan gizinya," katanya.