REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Warga terdampak longsor di Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, pada pertengahan Februari lalu, masih mengungsi lantaran rumah mereka sudah tak bisa ditinggali. Janji relokasi yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut belum terealisasi.
Camat Talegong Caca Rifai mengatakan, warga yang rumahnya terdampak longsor masih mengungsi di rumah ketua RT dan RW setempat. Sebab, rumah relokasi yang direncanakan belum juga dibangun.
"Sampai saat ini belum dibuat rumah. Itu masih proses. Kemarin itu sudah diproses oleh geologi, setelah itu menunggu appraisal," kata dia, saat dihubungi Republika, Senin (6/4).
Caca mengakui, Bupati Garut Rudy Gunawan menargetkan pembangunan dapat dilakukan setelah 30 hari setelah kejadian. Namun, kenyataan di lapangan tak semulus rencana semula.
"Untuk menempuh prosedur tak secepat itu. Sampai sekarang belum. Apalagi sekarang kan lagi corona, fokus Bupati itu untuk corona dulu," kata dia.
Meski mengungsi, ia memastikan kebutuhan logistik warga untuk sehari-hari masih aman. "Bantuan terus datang. Kemarin dari BPBD juga memberi bantuan Rp 10 ribu per orang per hari selama tiga bulan," kata dia.
Berdasarkan data Pemerintah Desa Sukamaju, terdapat 73 jiwa yang terdampak bencana tanah longsor yang terjadi pada Senin (17/2) dini hari. Sedikitnya 24 rumah dan satu masjid yang terdampak longsor di kampung itu. Sebanyak 14 bangunan masuk dalam zona merah yang terancam longsor.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengatakan, pembangunan agak melenceng dari rencana awal. Saat ini anggaran yang ada di Pemkab difokuskan untuk penangnan Covid-19.
"Kalau tidak ada corona sudah beres. Sekarang anggaran kuta untuk Covid-19 semua. Pasti terbengkalai," kata dia.
Namun, ia mengatakan, pihaknya akan terus berupaya agar pembangunan rumah relokasi dapat segera dilakukan. "Kalau covid sudah stabil, kita akan bangun," kata dia.