Senin 06 Apr 2020 18:39 WIB

Pandemi Covid-19, BI DIY : Inflasi Masih Terjaga Baik

Terkendalinya inflasi DIY disebabkan penurunan harga kelompok pangan bergejolak.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Kantor BI DIY.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kantor BI DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY menyebut capaian inflasi masih terjaga baik dengan berada pada sasaran yang ditetapkan yakni 3,0±1 persen (yoy) di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Pada Maret 2020, inflasi di DIY menurun dibanding bulan sebelumnya menjadi 0,07 persen (mtm).

"Dengan realisasi tersebut, laju inflasi DIY secara akumulatif sampai dengan Maret 2020 tercatat 0,74 persen (ytd) atau secara tahunan yakni 2,95 persen (yoy)," kata Kepala Perwakilan BI DIY, Hilman Tisnawan, dalam keterangan resminya.

Hilman mengatakan, terkendalinya inflasi DIY disebabkan adanya penurunan harga kelompok pangan bergejolak atau volatile food. Sementara, tekanan harga dari kelompok inti (core inflation) dan kelompok yang diatur pemerintah (administered prices) justru mengalami peningkatan.

Dengan begitu, kelompok volatile food mengalami deflasi. Hal ini terutama disebabkan komoditas aneka cabai dan bawang putih yang mengalami penurunan karena adanya panen yang terjadi di beberapa daerah penghasil cabai di DIY .

"Komoditas cabai merah mengalami penurunan harga -26,61 persen (mtm) dengan rata-rata harga bulanan Rp 40.300 berdasarkan pencatatan PIHPS. Sejak 11 Maret 2020, 1.500 ton impor bawang putih telah masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan telah didistribusikan termasuk DIY sehingga pasokan bawang putih di pasar kembali stabil," jelasnya.

Untuk itu, dalam menerapkan protokol kesehatan dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 yang lebih jauh, pihaknya dalam hal ini Tim Pengandali Inflasi Daerah (TPID) DIY mendorong penjualan bahan pokok secara online. Sehingga, penerapan jaga jarak fisik atau physical distancing dapat dilakukan dengan maksimal.

Walaupun begitu, BI DIY memproyeksikan pertumbuhan ekonomoi di DIY pada 2020 akan turun hingga ke angka 4,5 sampai 4,9 persen (yog). Hal ini dikarenakan dampak dari penyebaran virus Corona (Covid-19) di Indonesia, khususnya di DIY.

Menurut Hilman, wabah pandemi Covid-19 ini sangat berdampak kepada ekonomi dan keuangan di Indonesia, tak terkecuali di DIY. Dalam satu tahun terakhir, kondisi ekonomi cenderung tertekan karena dampak perang dagang dan penurunan harga komoditas global yang masih belum pulih.

Dengan adanya Covid-19 ini, semakin menjadi tambahan akumulasi sentimen negatif terhadap perekonomian dalam negeri. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan turun.

"Apabila Covid-19 ini berakhir 29 Mei 2020 sesuai perkiraan BNPB, BI memperkirakan proyeksi ekonomi nasional 2020 akan terkoreksi menjadi 4,2-4,6 persen. Sejalan dengan itu, ekonomi DIY juga diperkirakan terkoreksi menjadi 4,5-4,9 persen (yoy) dari sebelumnya diperkirakan di level 5,3-5,7 persen," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement