REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri film sudah lebih dahulu terkena dampak dari penyebaran virus corona. Hal yang sama bisa jadi akan berdampak pada sinetron-sinetron religi yang tayang setiap bulan Ramadhan bila situasi tak kunjung membaik.
Semua rumah produksi telah menghentikan proses syuting sesuai imbauan pemerintah untuk berdiam diri dan bekerja dari rumah. Hal itu untuk menekan tingkat penyebaran Covid-19.
Dalam situasi normal, saat ini rumah produksi sedang menggarap episode demi episode serial televisi bergenre religi yang khusus ditayangkan selama bulan Ramadhan. Takdir berkata lain. Virus Covid-19 mengubah drastis pola kerja sebagian besar orang.
Ada perusahaan yang menerapkan pola kerja di rumah, ada juga yang memberlakukan pola shift sehingga jumlah orang yang berkumpul di satu tempat bisa dikurangi. Namun, rumah produksi punya gaya kerja yang berbeda. Proses syuting melibatkan banyak kru dan pemain dalam jumlah besar di satu tempat.
"Kita tidak bisa work from home karena kita bekerja secara kolektif, bekerja bersama-sama," kata Chand Parwez Servia, produser dan pemilik rumah produksi Kharisma Starvision Plus, Senin (6/4).
Dua produksi judul sinetron khusus Ramadhan yang telah disiapkan harus ditunda sebelum rampung karena syuting pun dihentikan. Satu judul sinetron sudah setengah rampung, sedangkan satu lagi masih pada tahap awal produksi. Jumlah episode yang selesai pun baru sedikit.
Dia hanya bisa berdoa, berharap, dan menunggu apa yang akan terjadi untuk menentukan langkah berikutnya. Jika situasi dunia sudah membaik dari virus corona dalam waktu dekat, rumah-rumah produksi punya kesempatan mengerjakan sisa produksi sinetron religi yang belum rampung.
Rumah produksi Sinemart juga ikut menangguhkan proses syuting untuk bulan puasa. Sebagian sudah dikerjakan sebelum virus corona melanda dunia, tetapi belum ada yang dibuat tamat untuk tayang selama sebulan penuh.
Selama ini sebagian besar serial televisi diproduksi dalam waktu yang berdekatan dengan jadwal tayang. Bukan hal lazim menyelesaikan proses produksi seluruh episode hingga tamat, baru kemudian menayangkannya.
"Full 30 episode enggak ada karena kita kan enggak tahu situasinya akan begini. Enggak berani stok penuh juga. Biasanya semua (dikerjakan) on-going," ujar humas Sinemart Dini Suryani.
Konten yang dipilih untuk ditayangkan, termasuk soal jadwal tayang, diputuskan stasiun televisi yang bersangkutan. Untuk Sinemart, yang dimaksud adalah SCTV.
"Karena situasi begini, ada beberapa yang tidak bisa melanjutkan syuting. Berarti wewenang di SCTV, bagaimana mengatur penayangannya," kata Dini.