Senin 06 Apr 2020 19:50 WIB

Kisah Fitnah Terhadap Aisyah Istri Nabi (Bagian 3)

Orang-orang munafik menyebarkan gosip dan fitnah tentang Aisyah istri Nabi

Ilustrasi Kisah Fitnah Terhadap Aisyah Istri Nabi
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Kisah Fitnah Terhadap Aisyah Istri Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aisyah menceritakan kisah tentang dirinya yang sempat difitnah berselingkuh oleh orang-orang munafik. Fitnah itu begitu membuatnya sedih. Rasulullah SAW sebagai suaminya juga sedih. Apalagi, beliau waktu itu belum jua menerima wahyu dari Allah SWT yang dapat memutuskan perkara ini.

Waktu itu, Aisyah sudah meminta izin kepada Nabi SAW untuk sejenak pergi ke rumah orang tuanya, Abu Bakar ash-Shiddiq. Sementara, Rasul SAW sudah mengatakan kepada Muslimin, "Demi Allah, aku tidak mengetahui selain kebaikan pada istriku."

Baca Juga

Aisyah melanjutkan ceritanya:

"Hari itu, aku masih menangis. Air mataku tidak pernah berhenti menetes. Lalu, malam itu juga aku masih menangis, air mataku tidak pernah berhenti turun, dan aku tidak pernah tidur.

Kedua orang tuaku mengira, tangis akan merusak liverku. Ketika mereka duduk di dekatku sementara aku menangis, tiba-tiba seorang wanita Anshar meminta izin masuk.

Setelah kuizinkan, ia duduk dan menangis bersamaku. Kemudian Rasulullah SAW datang, mengucapkan salam, lalu beliau duduk.

Sudah sebulan beliau tidak menerima wahyu mengenai urusanku. Beliau mengucapkan syahadat lalu berkata, 'Amma ba’du. Aisyah, aku mendengar begini dan begitu tentang dirimu. Kalau kamu tidak bersalah, pasti Allah akan menyatakanmu tidak bersalah. Namun, kalau kamu telah melakukan suatu dosa, mintalah ampun kepada Allah dan bertobatlah. Sebab, kalau seorang hamba mengakui dosanya dan bertobat, Allah akan menerima tobatnya.'

Usai mendengar beliau berkata demikian, aku katakan kepada ayahku, 'Tolong saya, wahai ayah, untuk menjawab Rasulullah!’

Ia (Abu Bakar) berkata, 'Demi Allah, aku tidak tahu apa yang mesti kukatakan!’

Lalu aku katakan hal yang sama kepada ibuku. Namun, ibuku juga berkata, ‘Demi Allah, aku tak tahu apa yang mesti kukatakan!’

Akhirnya aku berkata –sementara aku hanyalah seorang perempua belia--'Demi Allah, aku tahu kalian telah mendengar hal ini hingga perkataan ini mantap dalam hati kalian dan kalian membenarkannya. Kalau kukatakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah--dan Allah Mahamengetahui bahwa aku tidak bersalah--pasti kalian tidak akan percaya ucapanku.

Dan demi Allah, aku tidak menemukan perumpamaan tentang aku dan kalian kecuali seperti perkataan ayahanda Yusuf (dalam surah Yusuf ayat 18), maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.'"

(Bersambung)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement