REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Toyota Motor Manufacturing berencana berinvestasi pada produksi ventilator dalam negeri. Seperti diketahui, saat ini alat kesehatan tersebut sangat dibutuhkan demi menangani para pasien virus corona atau Covid-19.
Rencana itu, kata Agus, melibatkan PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). "Nanti pada gilirannya akan kami, dalam tanda petik kawinkan dengan Toyota Motor dan kami juga sudah berkoordinasi dengan Toyota Motor," ujarnya dalam rapat kerja virtual dengan Komisi VI DPR RI pada Senin, (6/4).
Ia menambahkan, sekarang YPTI dan UGM tengah melakukan rekayasa balik atau reverse engineering untuk pembuatan ventilator ini. Proses rekayasa tersebut termasuk merumuskan seperti apa cetak birunya.
"Ini sudah ada komitmen dari Toyota, apabila proses reverse engineering-nya berhasil. Mereka akan masuk sebagai pembina atau dalam hal ini, mereka membawa permodalan untuk investasi," tutur Agus.
Dirinya melanjutkan, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjajaran (Unpad) pun sudah mengkaji pembuatan ventilator dalam negeri. Hanya saja keduanya tidak melakukan reverse engineering, melainkan merekayasa langsung.
"Tim ITB ini sudah didampingi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sekarang sedang dilakukan penyempurnaan terhadap sistemnya," kata Agus.
Ventilator yang diciptakan ITB itu, lanjutnya, sifatnya sangat sederhana. Hanya saja bisa membantu penanganan awal bagi pasien yang belum dirawat di rumah sakit.
Agus mengatakan, ada pula tim dari Universitas Indonesia (UI) yang juga sedang mengembangkan ventilator. Hanya saja mereka belum berkoordinasi dengan Kemenkes.
"Ada pula tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Airlangga (Unair), mereka kolaborasi. Ini sudah sesuai fungsinya, sedang dicarikan partnership-nya, mudah -mudahan dalam waktu dekat bisa terima ke mengasikan," jelas dia.
Maka, kata Agus, ada beberapa upaya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) agar bisa mengembangkan ventilator di dalam negeri. "Kebutuhan ventilator kita bisa terpenuhi paling tidak ventilator sederhana untuk pemenangan kasus-kasus awal atau kasus kasus ringan," tuturnya.