REPUBLIKA.CO.ID, -- Suradi, Wartawan Senior
Pandemi Corona telah menjangkiti 207 negara, tak kecuali negara adidaya maupun negara kecil seperti Montenegro di Eropa Selatan. Montenegro adalah negara merdeka yang meisahkan diri dari Serbia melalui referendum tahun 2006.
Kota kecil Tivat di Montenengro yang dikenal sebagai kota turis yang indah, merupakan tempat si bungsu , Mohammad Rizky menuntut ilmu di sekolah internasional Knightsbridge School International (KSI). Kota di tepi laut dan dikelilingi gunung hitam itu bahkan sudah menerapkan Lockdown sebelum ada warganya yang positif Corona, tiga pekan lalu.
Rizky memberi kabar, sampai saat ini, baru satu warga yang dinyatakan positif terinfeksi Corona, dan lockdown pun makin diperketat. Rizky dan sejumlah temannya serta berapa guru harus berdiam di asrama yang menyatu dengan sekolah itu.
Sudah lebih tiga minggu Rizky harus isolasi mandiri di asrama sekolahnya dan mungkin akan bertambah sesuai situasi. Belajar tetap berjalan dan dilakukan dengan sistem online. “Banyak tugas yang harus dikerjakan, sama seperti belajar biasa, bedanya sekarang dengan sistem online,” kata Rizky. Sebagai orang tua tentu aku bahagia, tapi pada saat yang sama juga cemas karena dia berada sangat jauh dari rumah, tinggal mandiri di negeri asing. Dia masih sangat muda, masih di awak masa remaja.
- Keterangan Foto: Rizky yang masih 16 tahun harus hidup mandiri di tengah pandemi corona di Montengro.
Rizky yang masih berusia 16 tahun, dan kini duduk di klas 2, memang termasuk generasi milenial yang aktif dan kreatif. Di sekolahnya saat ini dia menjadi Vice President alias Wakil Ketua OSIS dan pernah dikirim ke Wina, Australia untuk berbicara di forum Parlemen Remaja. Maret lalu mestinya dia mengikuti camp di Tiongkok, tapi batal karena Corona. Juga rencana Juni nanti mengikuti pertemuan siswa internasional dari lebih 100 negara di Athena, Yunani, kemungkinan batal karena Corona belum mereda.
Dalam situasi lockdown dan isolasi di asrama, dia mengaku tidak kurang akal. Banyak mengunduh film dan musik yang bisa dinikmati gratis. Pernah juga dia berkabar bila sudah membuat bioskop mini di kamarnya dengan pinjaman proyektor milik sekolah.
Alhamdulillah kami sering berkabar via WA, saling mengirim foto kegiatan, seperti foto ini, ketika kamu harus membeli makanan di supermarket setempat, Sabtu (4/4/2020) pun harus mengenakan masker dan sarung tangan. Satu foto ini saja sudah memberi makna yang dalam bagi kami sebagai orang tua
Yang sabar ya nak, kakak-kakamu juga harus menjalani isolasi mandiri. Kakakmu Rachmadiani Lestari (Rachma) yang tengah menyelesaikan kuliah akhir di IE Univeristy, Spain, juga sudah sejak 16 Maret lalu harus tetap di apartemennya di Plza Santa Barbara, Madrid, kawasan yang sebelumnya sangat ramai.
“Pak. Pemerintah Spanyol memperpanjang lagi masa isolasi, karena lockdown diumumkan sampai 26 April nanti. Itu pun bisa diperpanjang lagi kalau Corona masih mengancam, sebab ribuan orang sudah meninggal dan puluhan ribu yang positif terinfeksi,” kata Rachma mengabarkan. Sama dengan menerima kabar dari Rizky kami merasa bersyukur, meski harus diakui juga cemas.
- Keterangan foto: Rachma yang kini tengah kuliah di Spanyol berfoto sebelum ada pandemi Corona
Kami selalu menyarankan agar tetap mengikuti aturan ketat di Spanyol dalam masa lockdown, sebab jika tidak, bukan saja terkena denda, tapi akan merepotkan dalam kaitan studi. “Ya Pak, aku di apartemen aja kok, paling ke luar Cuma beli bahan makanan dan buang sampah, sebab buang sampah sangat dianjurkan agar apartemen bersih dan itu pun segera harus cepat balik ke apartemen,” kata Rachma sambil mengirim video selfie saat keluar apartemen menuju tempat pembuangan sampah yang berjarak sekitar 100 meter.
Meski SpanyoL sedang dihantam oleh pandemi yang merenggut banyak warganya, dalam sistem pendidikan tinggi, sudah berjalan sangat baik. Buktinya, Rachma mengabarkan bahwa di aapartemen juga sangat sibuk dengan perkuliahan beberapa mata kuliah semester akhir plus dengan tugas-tugas, dan juga tugas magang yang tetap harus dialkukan meski lewat online.
Kami selalu bersyukur mendapat kabar dari anak-anak yang alhamdulillah dalam keadaan sehat dan tetap bisa menjalankan aktivitas produktif meski hanya di di asrama atau apartemen. Saling kirim foto masakan jadi penghibur tersendiri. Rizky misalnya kerap mengirim foto nasi goreng, dan makanan lain. Kakaknya, Rachma mengirim hasil masakan, dan juga percobaan membuat roti.
Bapak-Ibu Bisa Tetap ke AS
Di jaman teknologi yang canggih dan juga murah, kami dimudahkan dengan teknologi yang sekarang tak bisa dilepaskan dari sebagian besar manusia, Whatsapp alias WA. Karena ketiga anak –anak kami terpisah di tiga negara, maka cara efektif adaleh membentuk grup WA keluarga, lalu grup WA orang tua dan putri sulung (Ruly) , grup WA orang tua dan putri kedua (Rachma), dan grup WA dengan si bungsu, sang pemberani, M. Rizky.
Komunikasi paling umum dan sering tentunya di grup orang tua dan semua anak-anak, karena otomatis informasi tersampaikan semua. Di sini kami saling berkabar, berkirim gambar/foto, kadang bergurau, dan sesekali menyemangati untuk tetap belajar dan memanfaatkan waktu dengan baik.
Jika dan informasi yang khusus, atau kami ingi berbicara dengan satu anak saja, maka grup tersendiri yang kami gunakan. Ini sangat efektif untuk mengelola anak-anak, sebaliknya, tiap anak bisa berbicara dan mengungkapkan berbagai hal di grup tersendiri tanpa yang lain tau.
Putri sulung kami (Ruly) yang sedang kuliah S1 di jurusan Ekonomi Collge of Atlantic (CoA), tahun ini akan menuntaskan kuliahnya. Jadwal wisuda pun sudah dikirimkan ke kami yakni tanggal 4 Juni 2020. Sebulan kemudian, adiknya Rachma juga selesai kuliah S1 bidang Hukum Internasional di IE University Spain.
Kami berdua dengan istri sudah merencanakan untuk menghadiri hari bahagia anak-anak kami itu. Bahkan kami sudah mengurus visa AS dan sudah keluar atau sudah diizinkan, lalu kami pun sudah membeli tiket PP ke AS untuk selama 10 hari. Agenda kami di AS sudah disusun anak kami.
- Keterangan foto: Rully yang kini kuliah di AS. Foto ini sebelum pandemi Corona.
Belakanga, tepatnya memasuki bulan Maret 2020, situasi dunia berubah karena pandemi Corona. Pemerintah AS juga mengeluarkan aturan ketat tentang penutupan seluruh kampus dan asrama. Ruly mengabarkan pada pertengahan Maret, “Waktu untuk menutup kampus dan meninggalkan asrama cuma 2 hari, jadi banyak yang kalang kabut, panik membeli tisu toilet, hand sanitizer, dan kentang, Aku juga cepet cepat membereskan barang-barangku. Sebagian aku titipkan ke teman di Maine. Aku ke Kanada, ke tempat temenku. Kalo pulang ke Indonesia malah nanti repot.”
Sebelum diterima di CoA dengan beasiswa penuh, Ruly melanjutkan pendidikan SMAnya di Pearson College UWC (United World College) Vancouver, Kanada tahun 2014-2016 dan mengundurkan diri dari SMAN 8 Jakarta. Jadi, Kanada bukan tempat yang asing.
Kami juga sering menanyakan kabar putri sulung kami, terutama soal kesehatan dan situasi terakhir di Vancouver. Alhamdulillah selama pandemi ini, kabar positif kami terima dan Ruly juga rajin mengirim foto hasil masakan atau hasil membuat kue. Kabar terakhir yang kami dapat, kuliah term terakhir (April-Juni) sudah mulai dengan sistem online. Artinya dari sisi studi, anak-anak kami tak ada masalah.
Sebagai orang tua, kami lebih mensupport soal mental dan bagaimana mengelola situasi yang tak menentu. Untung anak-anak semakin dewasa. Malah mereka, terutama Ruly yang sering menghibur kami, “Bapak –Ibu masih tetap bisa ke AS lho, karena jika tak ada wisuda, tiket tetap bisa digunakan dengan mengganti tanggal dan bulan.”
Jadi dalam situasi pandemi ini, kami saling menguatkan, anak-anak pun sering mengingatkan kami untuk tetap menjaga kesehatan dan menjaga jarak fisik, alias sering di rumah aja.