REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masker menjadi alat pelindung yang penting dikenakan saat keluar rumah, di tengah pandemi global Covid-19. Pakar menyarankan untuk memilih bahan yang tepat, sehingga upaya memblokir virus tetap memberikan kenyamanan bagi pengguna.
Ahli dermatologi bersertifikasi dari Montgomery, Amerika Serikat, Erum Ilyas, memberikan sejumlah rekomendasi untuk masker wajah buatan sendiri. Hal utama yang perlu diperhatikan, masker sebaiknya tetap efektif menghalangi penyebaran virus.
Ilyas menjelaskan, virus berukuran kurang dari satu mikron dan dapat lolos dari sebagian besar kain. Dia mengutip sebuah studi pemakaian masker untuk mencegah influenza, bahan masker dari campuran kapas dan poliester cenderung paling efektif.
"Sambil tetap mempertahankan kenyamanan bernapas saat memakainya, bahan masker ini bisa memblokir sekitar 70 persen virus. Ini membuatnya ideal bagi masyarakat dan kelompok berisiko rendah, dengan tetap menjaga jarak sosial," ujar Ilyas, dikutip dari laman Fox News.
Selama 15 tahun praktik, Ilyas mengaku tidak pernah mengalami iritasi kulit akibat pemakaian masker. Padahal, dalam sehari dia memakai masker sekali pakai sekitar 10-15 kali, biasanya saat melakukan bedah atau prosedur dengan kans besar percikan ke wajah.
Sekarang, setelah menghabiskan tiga pekan terakhir terus-menerus menggunakan masker wajah enam hingga 10 jam sehari, kulit Ilyas merasakan efeknya. Ada gesekan dan tekanan masker di hidung, pipi, area di bawah mata, dan dagu.
Kelembapan akibat napas juga bisa menyebabkan iritasi kulit di sekitar mulut, bahkan memicu jerawat. Untuk membantu mengimbangi efek ini, dia menyarankan pembersihan menyeluruh setiap malam dan pemakaian produk pelembap untuk memperbaiki kondisi kulit.
Adam, seorang perawat Intensive Cara Unit (ICU) di salah satu rumah sakit Manchester, Inggris, memperlihatkan kulit wajahnya yang penuh keringat dan memerah setelah mengenakan masker bedah selama berjaga sif malam. Di tengah keletihannya dan rasa tak nyaman yang menderanya selam bertugas, ia mendapatkan kabar tentang berpulangnya sang kakek akibat infeksi virus corona.
I took this picture, in the middle of my night shift as a make-shift ICU nurse, covered in sweat, sores on my face from my mask, minutes later I was told my grandad had died of coronavirus. Just stay the fuck inside, please #staysafe #ProtectTheNHS pic.twitter.com/6HxfkQFad0
— Adam 🐝🏳️🌈 (@AdamW95) April 6, 2020
Bagi pemilik kulit sensitif, Ilyas tetap menyarankan masker dari bahan yang sama. Sebelum mengenakan masker, pemilik kulit sensitif dianjurkan menggunakan produk pelembap yang mengandung ceramide, squalene, niacinamide, dan/atau asam hyaluronic.
Tips lain dari Ilyas adalah fokus pada hidrasi kulit, dengan pemakaian teratur pelembap wajah sebelum tidur untuk memulihkan dan melindungi kulit. Dia menyarankan tidak memakai produk anti-penuaan untuk sementara waktu karena berpotensi mengiritasi kulit.
Ilyas mengakui ada pro-kontra dari pemakaian masker wajah. Dia sendiri percaya penggunaannya bermanfaat terkait fakta sederhana bahwa masker bisa jadi pelindung dua arah, melindungi diri dari orang lain dan orang lain dari pemakainya.
Meski demikian, Ilyas mengingatkan bahwa masker wajah tidak 100 persen efektif, tetapi cukup mendekati 70 persen untuk bahan tertentu. Masker juga dapat memberikan rasa aman yang salah bahwa seseorang merasa "tak terkalahkan" dengan mengenakannya.
"Masker wajah bukan slip izin untuk kembali ke rutinitas normal. Jarak sosial masih penting untuk dijaga, meski memakai masker wajah buatan sendiri. Ini adalah tingkat keamanan tambahan, tetapi jauh dari sempurna," kata pendiri jenama pakaian pelindung AmberNoon itu.