Selasa 07 Apr 2020 14:48 WIB

Taliban Hentikan Pembicaraan Soal Pertukaran Tahanan

Taliban menghentikan pembicaraan mengenai pertukaran tahanan dengan Afghanistan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Taliban menghentikan pembicaraan mengenai pertukaran tahanan dengan Afghanistan. Ilustrasi.
Foto: Info.Palestine.co.uk
Taliban menghentikan pembicaraan mengenai pertukaran tahanan dengan Afghanistan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban menghentikan pembicaraan mengenai pertukaran tahanan dengan pemerintah Afghanistan. Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan tim teknis akan menangguhkan pembicaraan soal pembebasan tahanan karena satu atau lain hal.

Penangguhan pembicaraan oleh Taliban dapat menyebabkan eskalasi kekerasan di Afghanistan. Hal ini dapat mengancam rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan.

Baca Juga

"Kami meminta Taliban agar tidak melakukan sabotase di tengah proses perdamaian dengan membuat alasan," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Javid Faisal di Kabul.

Pembicaraan mengenai pertukaran tahanan merupakan langkah penting dalam proses perdamaian di Afghanistan yang ditengahi oleh AS. Pada akhir Februari lalu, AS dan Taliban menandatangani sebuah pakta yang dapat menjadi jalan untuk mengakhiri perang selama 18 tahun di Afghanistan. Dalam pakta tersebut, pasukan internasional yang dipimpin oleh AS akan ditarik mundur dari Afghanistan dengan imbalan jaminan keamanan oleh Taliban.

Tiga anggota tim Taliban tiba di Kabul bulan lalu dari Qatar untuk memulai proses pertukaran tahanan. Pekan lalu, para pejabat Afghanistan mengatakan mereka akan membebaskan 100 tahanan Taliban yang sakit atau berusia di atas 50 tahun.

Sebagai gantinya, Taliban dapat membebaskan 20 anggota pasukan keamanan Afghanistan. Para pejabat pemerintah Afghanistan mengatakan Taliban menuntut pembebasan komandan senior yang terlibat dalam beberapa serangan paling ganas dalam beberapa tahun terakhir.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement