Selasa 07 Apr 2020 19:07 WIB

Menkeu Ungkap Alasan Penerbitan Obligasi Bertenor 50 Tahun

Tenor 50 tahun menjadi tenor obligasi terpanjang yang pernah dilakukan pemerintah.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, penerbitan obligasi atau surat utang global (global bonds) dengan tenor 50 tahun secara implisit menunjukkan kepercayaan investor terhadap rekam jejak pengelolaan keuangan Indonesia. Tenor ini diketahui menjadi tenor terpanjang yang pernah dilakukan pemerintah.

Sri menuturkan, pemerintah memanfaatkan tenor 50 tahun karena preferensi investor global terhadap surat utang jangka panjang masih cukup kuat. "Sehingga kita bisa mendapatkan yield cukup baik," ujarnya dalam teleconference dengan jurnalis, Selasa (7/4).

Baca Juga

Surat utang global tenor 50 tahun dengan seri RI0470 merupakan bagian dari emisi yang dilakukan pemerintah Senin (6/4) malam. Sebagian hasil settlement dari penerbitan ini akan digunakan untuk pembiayaan penanganan pandemi virus corona (Covid-19). Berdasarkan data yang disampaikan Sri, surat utang denominasi dolar AS ini diterbitkan dengan nominal 1 miliar dolar AS dengan yield 4,5 persen.

Sri menuturkan, penerbitan Pandemic Bond dengan tenor panjang ini juga menjadi strategi pemerintah untuk mengombinasikan Surat Utang Negara (SUN) domestik yang rata-rata berjangka pendek, yaitu sekitar lima tahun. "Sehingga bisa memberikan jatuh tempo yang lebih seimbang antara beban jangka pendek, menengah dan panjang," tuturnya.

Dengan tenor baru, Sri mengatakan, pemerintah menciptakan acuan tenor baru bagi SUN Indonesia. Pemerintah juga menggunakan  RI0470 untuk kapitalisasi kurva tenor jangka panjang yang cenderung flat.

Selain itu, Sri menambahkan, penerbitan surat utang global tenor 50 tahun dilakukan dalam rangka untuk menjaga pembiayaan secara aman sekaligus menambah cadangan devisa Bank Indonesia. Menurut data dari bank sentral, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret berada di posisi 121 miliar dolar AS, turun dari posisi Februari, yakni 130,4 miliar dolar AS.

Selain tenor 50 tahun, pemerintah juga menerbitkan global bond dengan tenor 10,5 tahun (RI1030) dan 30,5 tahun (RI1050) dengan masing-masing yield 3,9 persen dan 4,25 persen. Nominal yang diterbitkan tiap seri ini adalah 1,65 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, ketiga instrumen berhasil mengumpulkan dana 4,3 miliar dolar AS dalam penawaran pertama.

Sri menyambut baik pencapaian tersebut. Menurutnya, nilai penerbitan tiga surat utang itu menunjukkan gambaran positif bagi instrumen utang Indonesia di tengah turbulensi pasar keuangan global. "Ini adalah penerbitan terbesar di dalam sejarah penerbitan USD bonds oleh pemerintah," katanya.

Tiga seri SUN milik Indonesia ini juga menjadi instrumen surat utang negara pertama di Asia yang diterbitkan sejak Covid-19. Sri mengatakan, sejak Covid-19 diumumkan sebagai pandemi pada Februari, belum ada satu negarapun di Asia yang masuk ke global bonds karena volatilitas dan gejolak yang sangat besar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement