Rabu 08 Apr 2020 06:06 WIB

BMH Bagikan Sembako untuk Warga Terdampak Covid-19 di Medan

Penerima bantuan sembako itu antara lain buruh cuci, ojol dan tukang becak.

BMH Perwakilan Sumatera Utara menyalurkan bantuan sembako kepada tukang becak, pengemudi ojol dan buruh cuci di Medan.
Foto: Dok BMH
BMH Perwakilan Sumatera Utara menyalurkan bantuan sembako kepada tukang becak, pengemudi ojol dan buruh cuci di Medan.

REPUBLIKA.CO.ID,  MEDAN -- Wabah Covid-19 memukul ekonomi masyarakat bawah. Hal ini menjadikan hidup mereka digelayuti mendung kekhawatiran.

Terkait hal tersebut, Ahad (5/4), Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Perwakilan Sumatera Utara bekerja sama dengan Persaudaraan Arek-Arek Suroboyo Medan membagikan puluhan paket sembako untuk masyarakat yang terdampak Covid-19.

Kepala Perwakilan BMH Sumatera Utara, Lukman A Mutthalib mengatakan,  tidak sedikit masyarakat yang merasakan sulitnya kehidupan akibat wabah covid-19 ini.

"Banyak dari masyarakat di sekeliling kita terutama ekonomi menengah kebawah yang sudah kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebab itu BMH hadir memberikan solusi, setidaknya dapat mengurangi beban masyarakat untuk kebutuhan dapurnya,” jelas Lukman mealalui rilis yang diterima Republika.co.id.

Kadiv Program Pemberdayaan BMH Sumut, Irvan Mendrova mengungkapkan, selain membagikan paket sembako,  BMH juga memberikan masker dan hand sanitizer untuk yang masih beraktivitas di luar rumah.

"Tidak dipungkiri, meski sepi dan penumpang menurun drastis, ojol dan becak tetap harus keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Maka dengan masker dan hand sanitizer ini, harapannya agar para pejuang keluarga tetap dalam keadaan steril meski bekerja diluar rumah." jelas Irvan.

"Bisa saja bantuan sembako ini sebagai tahap awal.  Kita akan lihat terus perkembangan akibat dampak dari wabah ini, khususnya terhadap kebutuhan pangan warga. Kali ini 40 orang yang menerima bantuan,” tambah Irvan.

Titin (48), mengaku sangat bersyukur dengan adanya bantuan sembako dari BMH ini. Wanita yang berkerja sebagai buruh cuci ini dirumahkan selama 14 hari oleh majikannya. "Baginilah, Dek, namanya dirumahkan ya tidak bergaji. Becak suami pun gak bisa diharap, sejak ada wabah ini penumpangnya drastis menurun sekali." ungkapnya sambil berlinang air mata. "Alhamdulillah, atas pemberian paket ini kami sangat berterima kasih ya Dek," tambahnya.

Senada dengan Titin, Abdul (50) yang berdomisili di Sampali ini juga merasakan dampak yang sama. Abdul yang berprofesi sebagai pengrajin tas mengaku seharusnya saat-saat liburan kenaikan kelas seperti ini mendapat banyak orderan membuat tas. Namun karena wabah Covid-19 ini, sedikit sekali yang order. "Katanya mereka takut virusnya nempel di  tas, jadi belum ada yg order tas," ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement