REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan pembutan ventilator untuk membantu penanganan pasien Covid-19. Hal itu, untuk memenuhi kebutuhan ventilator di Puskesmas dan rumah sakit rujukan untuk virus corona (Covid-19).
Pengembangan dilakukan bersama Toyota, industri lokal Yogyakarta dan rekan-rekan sejawat dokter UGM dan RSUP Dr Sardjito. Sebab, kebutuhan ventilator memang semakin mendesak mengingat penderita Covid-19 semakin banyak.
Anggota Tim Dosen UGM, Andhika Widyaparaga mengatakan, dalam satu bulan ini mereka bersama rekan dari Teknik Mesin dan Industri UGM terus menyempurnakan ventilator portabel praktis, mudah dipakai dan biaya pembuatan terjangkau.
Andhika berpendapat, untuk mewujudkan prototipe ventilator tersebut tidak mudah karena yang mereka desain harus bisa memenuhi standar kesehatan pemerintah. Karenanya, mereka melibatkan tenaga dokter dan tenaga medis di rumah sakit.
"Tantangan utama agar alat yang kami desain dan buat jadi aman untuk pasien dan memenuhi kebutuhan pasien dan tenaga medis, di situ integrasi tim teknis dengan tim medis jadi krusial," kata Andhika, Selasa (7/4).
Andhika berharap, jangan sampai alat yang dibuat ternyata tidak bermanfaat atau malah berbahaya untuk dipakai. Ia mengakui, timnya sangat berhati-hati membuat ventilator, dan lebih mempertimbangakan performa alat dan keamanan.
Meski sudah ada kemajuan, mereka masih terus memperbaiki fungsi monitoring pressure, flow, oxygen level dan kemampuan mengatur pressure, parameter flow dan respiratory rate. Sehingga, perlu presisi dan memiliki kecepatan respon.
"Perlu presisi dan memiliki kecepatan respon yang layak, teman-teman dokter dalam tim kami jadi rujukan untuk menilai kesiapan alat ini," ujar Andhika.
Walau baru sebatas prototipe, ia optimistis bila ventilator yang dikerjakan nantinya bisa diaplikasikan baik dan diproduksi lebih banyak. Tujuannya, tidak lain memenuhi kebutuhan fasilitas layanan kesehatan masyarakat.
"Masih diuji coba, sudah kami uji bersama tim dokter kami di RSUP Sadrjito, masih penyempurnaan, kemarin ada beberapa sensor tambahan yang diminta tim dokter karena pengukurannya cukup penting," kata Andhika.
Rencananya, Tim UGM mengembangkan tiga jenis ventilator yakni versi fully featured ventilator (high end) versi low cost dan versi ambu bag conversion. Proses pembuatan ventilator tanpa ambu bag dan versi ambu bag cukup murah.
Sehingga, lanjut Andhika, bisa diproduksi dalam jumlah besar dan bisa dengan mudah diakses oleh puskesmas sekalipun. Target mereka, paling lambat dalam dua pekan semua fitur keamanan, sensor dan mode sudah dikonfigurasi.